Jateng
Minggu, 18 Juni 2023 - 17:07 WIB

Kafe Organik di Semarang Ini Tawarkan Wisata Petik Tanaman Herbal Sendiri

Hawin Alaina  /  Ponco Suseno  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Pemilik Herbalisme Herbs and Medical Flower di Getasan, Semarang, Erfix Bahtiar saat meracik minuman dari mint. (Solopos.com/Hawin Alaina)

Solopos.com, SEMARANG — Di Dusun Cuntel, Desa Kopeng, Kecamatan Getasan, Kabupaten Semarang terdapat sebuah kebun sekaligus kafe tanaman organik yang bisa disewa pengunjung selama 24 jam penuh. Kafe tersebut bernama Herbalisme Herbs and Medical Flower.

Kafe ini memiliki ratusan jenis sayuran dan tumbuhan herbal. Kafe di sini berkonsep pengunjung bisa memetik langsung sayuran dan tumbuhan herbal

Advertisement

Dengan merogoh kocek Rp500.000 untuk maksimal tiga orang, pengunjung bisa mem-booking tempat tersebut selama 24 jam. Tak heran, kafe organik di sini sangat cocok bagi pencinta makanan sehat, khususnya sayuran dan tumbuhan herbal.

“Kami punya konsep 24 jam hidup di ladang. Jadi pengunjung itu bisa reservasi di sini menikmati suasana di sini itu dengan menyewa tempat ini selama 24 jam,” kata pemilik Herbalisme Herbs and Medical Flower Erfix Bahtiar kepada Solopos.com, Minggu (18/6/2023).

Advertisement

“Kami punya konsep 24 jam hidup di ladang. Jadi pengunjung itu bisa reservasi di sini menikmati suasana di sini itu dengan menyewa tempat ini selama 24 jam,” kata pemilik Herbalisme Herbs and Medical Flower Erfix Bahtiar kepada Solopos.com, Minggu (18/6/2023).

Selam 24 jam itu, pengunjung bisa merasakan hidup di ladang seperti milik sendiri. Di tempat itu juga disediakan tenda, api unggun, dan peralatan memasak. Selain itu juga tersedia tutorial mengolah makanan dan minuman dari kebun tersebut.

“Mereka bisa langsung memetik tanaman sesuka hatinya. Kemudian memasak makanan dan minuman sesuka hatinya dan itu bebas selama 24 jam. Bebas, tapi tidak boleh dibawa pulang,” jelas Erfix.

Advertisement

“Sesuatu yang simpel, tapi ini adalah kehidupan yang sangat mewah yang enggak bisa didapatkan di kota,” ungkapnya.

Selain disewakan selama 24 jam, pengunjung juga bisa datang untuk membeli minuman atau makanan di tempat tersebut. Pengunjung juga di bebaskan memetik tanaman kemudian memberikan ke karyawan yang berjaga di dapur untuk diolah.

“Pengunjung bisa langsung memilih sayuran kesukaannya, herbs kesukaannya, mint kesukaannya. Dia bisa memilih sendiri dan setiap tanaman itu ada edukasinya langsung di keterangan kertas,” terang Erfix.

Advertisement

Erfix membeberkan harga di tempatnya tergolong lebih murah karena dirinya langsung menanamnya sendiri/tidak beli di supermarket. Di tempatnya, harga minuman dan makanan dibanderol mulai dari Rp10.000 sampai Rp65.000.

“Itu paket komplet ya karena di sini semuanya organik. Organik, kalau kita ngomongin organik itu pasti mahal dan itu pasti sehat,” jelas dia.

Meskipun baru satu bulan jadi, sudah banyak pengunjung yang datang ke tempatnya. Mulai dari Semarang, Jakarta, dan kota-kota lain di Indonesia. Bahkan ada juga wisatawan dari luar negeri.

Advertisement

“Luar negeri juga ada, seperti Amerika. Itu teman-teman saya waktu masih jadi tour guide mendaki gunung,” bebernya.

Diakui Erfix, konsep awal kebun dan kafe organik ini sebenarnya untuk diri sendiri. Sebab dirinya sebagai personal trainer.

Ia tahu sistem energi dan makanan apa yang bagus dikonsumsi oleh tubuh. Sehingga membuat kebun organik sendiri.

“Harapannya sih ke depan orang-orang jadi lebih paham lagi ya untuk mencintai tubuhnya dengan melakukan kembali ke alam,” tandasnya.

Salah seorang pengunjung, Irfan Setianto, mengaku sangat senang datang ke Herbalisme Herbs and Medical Flower. Sebab dirinya bisa bebas memilih tumbuhan yang akan di makan.

“Bisa memilih sendiri dengan melihat manfaat dan takarannya juga. Apalagi di sini juga semuanya organik. Jadi cocok untuk kesehatan,” kata Irfan.

Setelah mencoba beberapa jenis makanan di tempat tersebut, Irfan sempat kaget karena banyak tanaman, bunga, dan mint yang tersedia. Pemilik juga mau menjelaskan satu per satu tanaman dan manfaatnya untuk kesehatan.

“Kalau paling saya suka tadi stevia yang rasanya manis. Bisa digunakan untuk pengganti gula,” ungkap pengunjung kafe organik di Getasan, Semarang tersebut.

Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif