SOLOPOS.COM - Prayoga (25), pejual kapal klotok di Dugderan Semarang yang datang jauh-jauh dari Cirebon. (Solopos.com-Adhik Kurniawan).

Solopos.com, SEMARANG — Kehadiran Pasar Dugderan tidak hanya menjadi pilihan alternatif bagi warga Kota Semarang, Jawa Tengah (Jateng), untuk mendapatkan hiburan yang murah meriah. Pasar Dugderan juga dimanfaatkan sebagai warga Semarang untuk bernostalgia menyusul hadirnya sejumlah penjual mainan tradisional zaman dulu atau jadul seperti Warak Ngedok dan kapal klothok.

Pasar Dugderan merupakan pasar malam yang digelar di sekitar kawasan Aloon-Aloon atau alun-alun Kota Semarang untuk menyambut datangnya bulan suci Ramadan atau bulan puasa. Pasar Dugderan ini sudah dibuka sejak 10 Maret 2022.

Promosi BRI Pastikan Video Uang Hilang Efek Pemilu untuk Bansos adalah Hoaks

Di Pasar Dugderan Semarang ini rupanya ada sejumlah penjual mainan yang menjajakan mainan tradisional seperti Warak Ngendok dan kapal klotok. Kedua mainan tradisional atau mainan jadul ini pun cukup diminati di tengah gempuran mainan buatan pabrik.

Mainan kapal klotok ini tergolong unik. Sistem kerja mainan ini adalah dengan pembakaran sumbu dan minyak makan. kapal klotok ini kemudian diletakkan dalam wadah berisi air supaya bisa diperlihatkan kepada pengunjung.

Saat dimainkan, kapal klotok mengeluarkan bunyi seperti otok-otok. Bunyi itu berasal dari knalpot yang terdorong oleh gelembung air akibat uap yang dihasilkan oleh pembakaran minyak kelapa di dalam kapal klotok tersebut.

Tampak, ada belasan pejual kapal klotok yang menghiasi arena Pasar Dugderan Semarang yang diadakan di sekitar Alun-Alun Kota Semarang dan Pasar Johar itu. Mereka menjual daganganya secara sedeharnya, hanya menata kapal-kapalan di meja, dan salah satu kapalnya dihidupkan agar berjalan dalam wadah panci yang diisi air.

Seorang penjual kapal klotok, Prayoga, 25, mengatakan di era mainan pabrikan ini, peminat kapal klotok masih tergolong banyak. Bahkan, tiap hari dirinya bisa menjual hingga sekitar ratusan buah kapal.

“Masih banyak yang beli. Sehari bisa 100 lebih. Kemarin aja, waktu masih dua hari di sini, sudah terjual 300-an,” kata Prayoga kepada Solopos.com di lapaknya, Kamis (16/3/2023).

Terlihat, pembeli kapal klotok di lapak Prayoga mayoritas merupakan anak-anak. Namun, tak jarang pembelinya merupkan remaja dan orang tua yang terlihat bernostalgia sambil mengingat masa kecil.

“Kebanyakan anak-anak yang beli. Ramainya biasanya saat pagi jam 10.00 WIB sampai siang hari. Terus sama malam hari, habis magrib,” bebernya.

Prayoga mengaku membuat sendiri kapal klotok. Tiap hari dirinya bisa membuat sebanyak 100 buah kapal-kapalan.

“Bikin sendiri dari kaleng bekas di rumah, di Cirebon. Terus tak bawa ke sini [Semarang],” ungkapnya yang sudah tujuh kali mengikuti Pasar Dugderan di Kota Semarang.

Sekadar informasi, kapal klotok terbuat dari seng yang dibentuk menjadi kapal-kapalan dengan ukurannya sekitar 15 cm dan lebar 5 cm. Warnanya macam-macam, mulai dari biru, merah, hitam, putih, hingga hijau.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya