SOLOPOS.COM - Ilustrasi (JIBI/Solopos/Dok.)

Kartu kredit selama 10 tahun terakhir ini tak banyak berubah pemanfaatannya oleh para penggunanya.

Semarangpos.com, SEMARANG — Mantan Ketua Asosiasi Kartu Kredit Indonesia Dodit Wiweko Probojakti mengungkapkan tren penggunaan kartu kredit di Indonesia selama 10 tahun terakhir tak banyak berubah. “Tiga transaksi terbesar penggunaan kartu kredit selama 10 tahun terakhir masih pada grocery, retail and department store, dan ketiga food and drink,” katanya di Semarang, Sabtu (19/3/2016).

Promosi BRI Group Berangkatkan 12.173 Orang Mudik Asyik Bersama BUMN 2024

Grocery, kata dia, meliputi aneka bahan makanan, termasuk sayur mayur dan daging yang kini bisa didapatkan di supermarket skala besar sampai minimarket menggunakan kartu kredit. Untuk retail and department store meliputi clothing (pakaian) dan fashion. Sedangkan food and drink, terang lanjut Director Credit Card and Personal Loan Bank Mega itu, tentunya makanan dan minuman.

Hal itu diungkapkan Probojakti seusai pengenalan produk terbaru Bank Mega, yakni kartu kredit, kartu debet, dan uang elektronik yang bernuansa FC Barcelona untuk memanjakan para Barcelonistas, fans beratnya. “Namun, penggunaan kartu kredit dilihat dari nilai transaksinya tetap dipegang oleh ‘electronic and gadget’ karena sekali transaksi biasanya berkisar antara Rp2,5-3 juta,” katanya.

Pasar kartu kredit di Indonesia selama ini cukup besar, kata dia, sebagaimana data Bank Indonesia menyebutkan setidaknya ada 17 juta kartu kredit dan periode 2015-2016 tumbuh 5,2%. “Dari 17 juta kartu kredit di Indonesia itu, ternyata kalau ditelusuri pemiliknya hanya sekitar 7,5 juta orang. Artinya, satu orang biasanya memiliki antara 2-3 kartu kredit,” katanya.

Dimanjakan
Para pemilik kartu kredit di Indonesia, kata dia, selama ini relatif dimanjakan dibandingkan dengan negara-negara lain karena memang ingin memperbanyak orang yang memiliki kartu kredit. Ia mencontohkan pemilik kartu kredit bisa menikmati fasilitas executive lounge di bandara di Indonesia meski terbang dengan kelas ekonomi, padahal di negara-negara lain jelas tidak bisa.

“Bank-bank memang memanjakan customer kartu kredit dengan harapan mereka loyal bertransaksi. Sekarang, mal dan restoran juga berlomba menyajikan diskon antara 10%-50%,” katanya.

Dodit mengakui gerakan non tunai memang terus digalakkan karena selama ini “cash” atau membayar dengan uang tunai dalam melakukan berbagai transaksi di Indonesia seolah-olah menjadi raja. “Jadi, saingan terbesar dalam pasar kartu kredit sebenarnya bukan antar-provider kartu kredit, melainkan cash sebab transaksi dengan cash memang masih sangat besar,” pungkasnya.

 

KLIK dan LIKE di sini untuk lebih banyak berita Semarang Raya

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya