Jateng
Jumat, 10 April 2020 - 10:55 WIB

Kasus Positif DBD Jateng 14 Kali Lipat Lebih Banyak dari Corona

Imam Yuda Saputra  /  Jafar Sodiq Assegaf  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Ilustrasi pengolahan darah yang ditransfusi dari para donor. (JIBI/Solopos/Antara/Syaiful Arif)

Solopos.com, SEMARANG - Demam berdarah dengue (DBD) menjadi ancaman serius di Jawa Tengah (Jateng). Jumlah kasus DBD Jateng sekitar 14 kali lipat lebih banyak dibanding kasus positif virus corona.

Jumlah kasus demam berdarah yang ditemukan di Jateng dalam tiga bulan terakhir mencapai 2.115. Angka ini melebihi 14 kali lipat lebih banyak dibanding kasus positif virus corona yang mencapai 144 kasus.

Advertisement

Tes Virus Corona Lambat, Jateng Dapat Jatah 3 Alat PCR

Kepala Dinkes Jateng, Yulianto Prabowo, menyebutkan kasus DBD terbilang cukup tinggi. Dari 2.115 kasus yang ditemukan itu persebarannya hampir merata di 35 kabupaten/kota di Jateng.

Advertisement

Kepala Dinkes Jateng, Yulianto Prabowo, menyebutkan kasus DBD terbilang cukup tinggi. Dari 2.115 kasus yang ditemukan itu persebarannya hampir merata di 35 kabupaten/kota di Jateng.

"Kasus paling banyak ditemukan di Cilacap yakni 216, dengan jumlah meninggal dunia 3 orang. Lalu, Kota Semarang dengan 154 kasus dan kematian 2 orang. Disusul Jepara dengan 136 kasus, meninggal 1 orang," ujar Yulianto melalui rekaman video kepada wartawan di Semarang, Kamis (10/4/2020) malam.

Yulianto menambahkan meski kasus DBD ditemukan paling banyak di Cilacap, angka kematian paling tinggi justru terjadi di Banjarnegara. Di Kabupaten Banjarnegara, jumlah warga yang terserang DBD mencapai 62 orang, di mana 3 di antaranya mengalami kematian.

Advertisement

Lalu, Banyumas dengan 132 kasus, di mana tiga orang di antaranya meninggal dunia. Klaten dengan 131 kasus dan 3 meninggal dunia, Kebumen 124 kasus dengan jumlah kematian 4 orang, Purbalingga 99 kasus dengan angka kematian 2 orang, dan Brebes dengan 87 kasus, meninggal 2 orang.

"Kasus demam berdarah di Jateng ini memang selalu terjadi. Apalagi kita ini hidup di negara tropis, yang menjadi endemis demam berdarah," imbuhnya.

Bukan cuma itu, angka kematian yang disebabkan gigitan nyamuk Aedes aegypty itu lebih tinggi dibanding Covid-19.

Advertisement

14 Hari Karantina di Graha Wisata Niaga Solo, Apa Saja Kegiatan Pemudik?

Kematian DBD Tinggi

Data yang diterima Solopos.com, jaringan Solopos.com, dari Dinas Kesehatan (Dinkes) Jateng menyebutkan selama Januari-Maret 2020, ada 40 orang yang meninggal akibat demam berdarah.

Angka tersebut nyaris dua kali lipat jika dibandingkan jumlah kematian yang disebabkan virus corona di Jateng, yakni 22 orang.

Advertisement

Yulianto pun meminta masyarakat untuk meningkatkan kewaspadaan dari ancaman penyakit demam beradar. Masyarakat diminta untuk terus melakukan upaya pemberantasan sarang nyamuk dengan memastikan tidak ada jentik nyamuk di lingkungannya.

Api Kebakaran Menjilat Angkasa dari Cerobong Pengembangan Gas Jawa Blora

"Maka dari itu perlu dibentuk Jumantik atau juru pemantau jentik. Jumantik ini yang bertugas memantau adanya jentik-jentik nyamuk baik di permukiman, sekolah, perkantoran, dan lain-lain. Kalau ditemukan, segera musnahkan," tutur Yulianto.

 

 

Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif