SOLOPOS.COM - Kecelakaan maut di ruas tol Boyolali terjadi lagi. Kali ini terjadi di KM 472+800 A arah Solo-Semarang, tepatnya di Desa Ngampon, Kecamatan Ampel, pada Sabtu (15/4/2023). (Istimewa)

Solopos.com, SEMARANG — Pakar transportasi asal Universitas Katolik Soegijapranata Semarang, Djoko Setijowarno, mengaku prihati dengan rentetan peristiwa kecelakaan maut di ruas tol Boyolali. Menurutnya, penyebab kecelakaan tersebut akibat kurang empatinya pengusaha truk dalam menerapkan keselamatan bagi para sopir, terutama dalam hal pelarangan truk over dimensi over load (ODOL).

“Kalau melihat kasusnya kan ini semua disebabkan truk ODOL. Truk ODOL melaju pelan di tol, sedangkan pengemudi kelelahan, akhirnya terjadi tabrak belakang. Makanyaa, itu pelarangan truk ODOL ini harus diterapkan supaya mengantisipasi terjadinya kecelakaan baik tabrak belakang maupun gagal fungsi rem,” ujar Djoko kepada Solopos.com, Sabtu (15/4/2023).

Promosi Tanggap Bencana Banjir, BRI Peduli Beri Bantuan bagi Warga Terdampak di Demak

Menurut Djoko, kecelakaan maut yang melibatkan truk di ruas tol bukanlah sesuatu yang baru. Bahkan dalam kurun setahun terakhir aada dua tokoh di negeri ini yang menjadi korban kecelakaan di tol dengan melibatkan truk. Mereka adalah mantan Wakil Menteri Pekerjaan Umum, Hermanto Dardak, yang mengalami kecelakaan maut di ruas tol Pemalang pada 22 Agustus 2022 lalu dan pebulu tangkis Syabda Perkasa Belawa yang mengalami peristiwa serupa pada 20 Maret 2023.

Sementara itu ruas tol Boyolali setidaknya ada dua peristiwa kecelakaan maut yang terjadi dalam beberapa hari terakhir. Pertama, kecelakaan maut yang menyebabkan jatuhnya 8 korban jiwa di ruas tol Boyolali pada Jumat (14/4/2023).

Sedangkan yang terakhir atau baru saja terjadi adalah kecelakaan maut dengan jumlah korban jiwa mencapai tiga orang di Tol Solo-Semarang ruas Boyolali pada Sabtu (15/4/2023). Kecelakaan ini melibatkan sebuah Honda CRV berpelat nomor BG 1963 OG yang menabrak bagian belakan truk boks Isuzu berpelat nomor B 9595 KXR.

Ada tiga orang yang meninggal dunia dalam kecelakaan itu. Kesemuanya merupakan penumpang mobil Honda CRV yang menabrak bagian belakang truk boks.

Joko mengatakan fenomena tabrak belakang di ruas jalan tol ini salah satunya disebabkan belum terwujudnya kebijakan zero truk ODOL. Pihaknya sebenarnya pernah mengusulkan agar kebijakan ini segera diterapkan menyusul banyaknya kecelakaan lalu lintas di tol yang melibatkan truk, terutama fenomena tabrak belakang.

Meski demikian, kala itu Kementerian Perindustrian dan Asosiasi Pengusaha Indonesia (Apindo) masih meminta penundaan dengan banyak alasan.

“Truk ODOL di tol itu sangat berbahaya. Banyak truk yang muatannya lebih cenderung tidak bisa memenuhi batas kecepatan yang diterapkan di tol karena melaju sekitar 40 km per jam. Padahal batasan di tol itu kan minim 60-80 km per jam. Ini salah satunya yang menyebabkan kerap terjadi tabrak belakang dengan tingkat fatalitas yang tinggi,” terang Djoko.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya