SOLOPOS.COM - ilustrasi (JIBI/Antara)

Kegiatan sekolah sawan di Magelang antara lain bertujuan menanamkan pemahamanan sejak dini tentang pertanian organik.

Kanalsemarang.com, MAGELANG-Anak-anak di kawasan lereng barat daya Gunung Merapi di Kabupaten Magelang, Jawa Tengah, mengikuti kegiatan sekolah sawah untuk mendapatkan pemahaman sejak dini tentang pertanian organik yang ramah lingkungan, kata pengelola program sekolah sawah Suster Rosari.

Promosi Efek Ramadan dan Lebaran, Transaksi Brizzi Meningkat 15%

“Sebagian besar masyarakat di sini hidup dari pertanian sehingga penting sejak dini, anak-anak murid kami memahami dengan baik soal pertanian organik, agar kelak mereka dapat mencintai lingkungan alam sekitarnya,” kata Suster Rosari yang juga Kepala SDK Prontakan Desa Ngargomulyo, Kecamatan Dukun, Kabupaten Magelang itu, di Magelang, Jumat (18/9/2015).

Program sekolah sawah dirintis sejak dua tahun lalu, sedangkan sejak Februari 2015 pihaknya dengan dukungan masyarakat setempat yang tergabung dalam Tim Edukasi Tuk Mancur Desa Ngargomulyo, telah mendapatkan tiga lahan pertanian untuk para siswanya, kelas III, IV, V, dan VI mengikuti pelajaran bertani secara organik.

Areal pelatihan sekolah sawah itu, katanya didampingi seorang pegiat Tim Edukasi Tuk Mancur F.X. Riyadi, dua lokasi di Dusun Gemer, Desa Ngargomulyo, masing-masing seluas 450 meter persegi dan 500 meter persegi, serta lahan bengkok di Dusun Batur, Desa Ngargomulyo seluas 100 meter.

Setiap Jumat pukul 07.00-11.00 WIB, puluhan anak SDK Prontakan tidak datang ke sekolahnya, tetapi dari rumah masing-masing langsung ke areal pelatihan sekolah sawah untuk mengikuti pelajaran bertani secara organik.

Mereka, antara lain berlatih menanam bibit aneka sayuran, merawat tanaman, membuat pupuk organik. Mereka juga berlatih memelihara ikan di beberapa kolam di areal pelatihan sekolah sawah itu, seperti lele, nila, dan koi.

Sejumlah tanaman sayuran yang ditanam para siswa, antara lain tomat, kangkung, buncis, loncang, terung, slada, bayam, dan caisim. Hingga saat ini, hasil pelatihan pertanian organik mereka telah beberapa kali panen, sedangkan hasil panenan dijual kepada guru dan pengepul khusus produk pertanian organik. Hasil penjualan panenan dikumpulkan para siswa menjadi kas masing-masing kelas.

Areal pertanian di kawasan Gunung Merapi diolah masyarakat petani setempat untuk penanaman berbagai jenis sayuran yang panenanya dipasok ke berbagai pasar di daerah setempat maupun luar kota.

Riyadi mengemukakan pentingnya membangun sikap budaya pertanian organik ditanamkan kepada masyarakat kawasan itu, sejak usia anak-anak.

“Pertanian organik tidak bisa dikerjakan secara instan, harus dipupuk sejak anak-anak, supaya kelak mereka yang menjadi petani, menggarap lahan pertaniannya secara organik. Akan tetapi yang lebih luas lagi, mereka kelak mencintai alam dan lingkungannya, dan melestarikannya untuk kepentingan jangka panjang,” katanya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya