Jateng
Minggu, 25 Januari 2015 - 20:50 WIB

KEGIATAN SISWA DI MUNTILAN : Puluhan Siswa Ikuti Display Budaya Banyu Udan Antioksidan

Redaksi Solopos.com  /  Sumadiyono  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Ilustrasi hujan (wallconvert.com)

Ilustrasi hujan (wallconvert.com)

Kegiatan siswa di Muntilan berupa display budaya banyu udan antisoksidan digelar meriah di Muntilan.

Advertisement

 

Kanalsemarang.com, MAGELANG– Puluhan siswa, terutama berasal dari sejumlah sekolah di sekitar Muntilan, Kabupaten Magelang, Jawa Tengah, menghadiri kegiatan Display Budaya Banyu Udan Antioksidan yang diselenggarakan Tim Laboratorium Udan Antioksidan di Pusat Pelayanan Pastoran Sanjaya Muntilan, Sabtu (24/1/2015).

Mereka yang berasal dari kalangan pelajar sekolah menengah pertama dan sekolah menengah atas, serta sekolah menengah kejuruan itu, antara lain menyaksikan pameran foto tentang beragam aktivitas tim yang digerakkan oleh Romo V. Kirjito itu, di ruang depan “Domus Patrum” PSM.

Advertisement

Sekitar 50 foto pilihan tentang gerakan kebudayaan mengelola “banyu udan” atau air hujan oleh masyarakat di sejumlah desa di kawasan Gunung Merapi bagian timur (Klaten) dan barat (Magelang) sejak sekitar tiga tahun terakhir yang dipamerkan itu, antara lain karya Agus Bima Prayitno, Raka Setiaji, dan Kirjito, sedangkan kurator pameran Tarko Sudiarno, Dwi Oblo dan Ismanto.

Selain itu, mereka juga menyaksikan laboratorium sederhana yang dikembangkan tim tersebut dan mendapatkan penjelasan tentang hasil budaya mengolah air hujan antioksidan dari Romo Kirjito dan Agus Bima.

Kirjito mengemukakan tentang pentingnya penelitian terhadap air, termasuk air hujan, untuk kepentingan pribadi.

Advertisement

Proses penelitian itu, menggunakan perangkat teknologi elektrolisis secara sederhana yang bisa dibuat sendiri oleh setiap orang. Proses elektrolisis tersebut, menghasilkan air yang oleh tim itu diberi nama “banyu setrum” dengan air yang mengandung unsur basa bermanfaat untuk menetralkan sampah metabolisme dalam tubuh.

“Ini bukan sekadar bagaimana mendapatkan kandungan air yang bisa menyembuhkan penyakit, tetapi bagaimana setiap orang membudayakan diri untuk meneliti air untuk kepentingan diri sendiri, sehingga tidak bergantung kepada hasil dari proses penelitian yang kemudian untuk industri besar,” katanya.

Agus Bima menjelaskan tentang teknis mengolah air hujan dengan alat sederhana itu dan pentingnya mewartakan gerakan budaya air hujan tersebut.

“Saya sudah tiga tahun terakhir menggunakan ‘banyu udan antioksidan’ untuk diminum sendiri dan mendapatkan manfaat yang banyak sekali. Air harus diwartakan. Membuat kebudayaan tentang air,” katanya.

Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif