SOLOPOS.COM - Kepala Kantor Perwakilan BI DIY, Arief Budi Santoso menunjukkan uang rupiah terbaru di Bank Indonesia (BI), Jalan Senopati, Jogja, Senin (18/8). Per 17 Agustus 2014, BI resmi meluncurkan pecahan uang baru NKRI dengan nominal Rp100.000. (Harian Jogja/ Gigih M. Hanafi)

Ilustrasi (Harian Jogja/ Gigih M. Hanafi)

Kanalsemarang.com, SEMARANG – Seperempat penduduk Indonesia memiliki pemahaman yang baik tentang keuangan sehingga diharapkan terhindar dari kejahatan penggelapan, salah satunya melalui investasi bodong, kata Ketua Otoritas Jasa Keuangan Kantor Regional IV Jateng dan DIY Y. Satoso Wibowo.

Promosi BRI Perkuat Kolaborasi Strategis dengan Microsoft Dorong Inklusi Keuangan

“Dari seluruh penduduk Indonesia, sekitar 21,84 persen sudah tergolong well literate atau memiliki pemahaman yang baik mengenai keuangan,” ujarnya seperti dikutip Antara, Kamis (9/10/2014).

Berdasarkan survei yang dilakukan oleh World Bank pada 2011, tingkat literasi di Indonesia ini masih di bawah Filipina yang sudah mencapai 27%, Malaysia 66%, Thailand 73%, dan Singapura 98%.

Menurut dia, kondisi tersebut membuat masyarakat Indonesia sering menjadi korban dari penipuan berkedok investasi.

Selain itu, kata dia, rendahnya tingkat literasi keuangan dapat memengaruhi pengelolaan keuangan keluarga, terutama dalam pemenuhan kebutuhan jangka panjang, di antaranya membeli rumah, biaya pendidikan, dan dana pensiun.

“Memiliki literasi keuangan yang baik merupakan hal penting untuk mendapatkan kehidupan yang sejahtera. Untuk dapat mengelola keuangan dengan baik, tentunya diperlukan pemahaman dan keterampilan,” jelasnya.

Santoso mengatakan bahwa hal tersebut berlaku untuk setiap tingkat penghasilan. Bagaimanapun tingginya tingkat penghasilan seseorang, tanpa pengelolaan yang tepat maka keamanan finansial akan sulit dicapai.

Sejalan untuk mencapai tujuan literasi keuangan yang telah disebutkan sebelumnya, pihaknya mengaku memerlukan bantuan dari masyarakat dan seluruh pemangku kepentingan untuk menyukseskan tujuan literasi keuangan tersebut.

Sebagai sebuah gerakan pembangunan yang tumbuh dari bawah, dikelola oleh, dari, dan untuk masyarakat menuju terwujudnya keluarga yang sejahtera, menurut dia, Tim Penggerak Pemberdayaan dan Kesejahteraan Keluarga (PKK) merupakan mitra strategis dalam melakukan peningkatan pemahaman masyarakat terhadap pengelolaan keuangan dan lembaga jasa keuangan.

Selain itu, pihaknya juga berharap sikap kooperatif dari seluruh level masyarakat agar meningkatkan pemahaman mereka mengenai keuangan.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya