Jateng
Rabu, 7 Desember 2022 - 00:35 WIB

Kekerasan Seksual di Jateng Meningkat pada 2022, Mayoritas Berbasis Siber

Adhik Kurniawan  /  Imam Yuda Saputra  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Ilustrasi perempuan muda korban kekerasan seksual. (winnipegsun.com)

Solopos.com, SEMARANG – Lembaga Bantuan Hukum (LBH) Semarang mencatat ada kenaikan kasus kekerasan seksual kepada perempuan di Jawa Tengah (Jateng) pada tahun 2022 ini. Mayoritas kekerasan tersebut berbasis siber dengan modus ancaman melalui telepon maupun menyebarkan video mesum.

Staf YLBHI LBH Semarang, Ignatius Rhadite, mengatakan pada 2021, pihaknya mencatat ada 22 kasus kekerasan terhadap perempuan di Jateng. Sedangkan pada 2022, hingga saat ini sudah terdata 40 kasus.

Advertisement

“Berdasarkan data yang kami kumpulkan ada peningkatan cukup tinggi terkait kekerasan seksual. Kisaran 40-an [kasus] tersebar tak hanya di Semarang. Ini [peningkatan] hampir dua kali lipat. Itu [40 kasus] baru yang kami dampingi, belum pengaduan lain yang kami temukan lewat analisis media,” ujar Rhadite di PTUN Semarang, Selasa (6/12/2022).

Dari puluhan kasus tersebut, LBH Semarang menilai paling banyak kekerasan seksual yang terjadi dalam bentuk siber. Kemudian disusul kekerasan dalam rumah tangga atau KDRT.

“Lebih ke siber [paling dominan] seperti kekerasan berbasis online. KDRT juga ada dan sama [tingginya],” jelasnya.

Advertisement

Baca juga: Abaikan Laporan KDRT PNS, Sekda Kendal Digugat ke PTUN 

Lebih lanjut, kekerasan berbentuk siber dialami korban oleh orang dekat atau memiliki relasi pacar. Kemudian, pernah melakukan hubungan badan yang saat itu tanpa sadar maupun tidak, diabadikan lewat gawai.

“Ketika berhubungan seksual, mungkin concen dilakukan. Tapi, kemudian tanpa izin direkam hingga jadi bahan intimidasi untuk merampas hak korban. Saat putus, [pelaku] mengancam menyebarkan,” jelasnya.

Advertisement

Meningkatnya kasus kekerasan seksual ini, menurut Rhadite juga dipengaruhi faktor pengesahan UU Tindak Pidana Kekerasan Seksual atau TPKS. Pasca-pengesahan UU itu pada 12 April 2022, banyak korban yang akhirnya berani bersuara.

Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif