SOLOPOS.COM - Ilustrasi Petani Merawat Tanaman Tembakau (Dok/JIBI/Solopos)

Solopos.com, SEMARANG — Fenomena cuaca berupa kemarau basah menghantui para petani tembakau di Jawa Tengah (Jateng). Hal tersebut dikarenakan potensi hujan yang masih terjadi pada musim kemarau ini berpotensi menyebabkan tanaman tembakau mati atau gagal panen dengan tingkat risiko mencapai 20%.

Ketua Asosiasi Petani Tembakau Indonesia (APTI) Jateng, Wisnu Brata, mengatakan banyak petani melakukan tanam ulang dan menyulam tanaman yang mati. Hal itu dikarenakan kondisi cuaca yang tidak merata atau anomali cuaca di seluruh wilayah Jateng.

Promosi Cerita Penjual Ayam Kampung di Pati Terbantu Kredit Cepat dari Agen BRILink

“Posisi sekarang memang petani banyak yang tanam ulang dan sulam yang mati. Tapi kalau di posisi bulan Juni ini, tidak mungkin untuk sulam lagi. Karena sulam pun enggak akan bisa sesuai target masa panen. Kalau sebelumnya [Mei], masih ada kesempatan,” ujar Wisnu kepada Solopos.com, Senin (13/6/2022).

Kendati demikian, Wisnu belum bisa memperinci dampak apa saja yang nantinya dialami petani tembakau di Jateng. Dampak anomali cuaca atau kemarau basah itu baru akan dirasakan petani setelah melakukan topping atau bunggel tembakau.

“Kita akan lebih tau pastinya kalau sudah masuk bulan Juli, karena nanti petani sudah topping. Petani bisa tahu mana tembakau yang sehat dan mana yang tidak,” jelasnya.

Baca juga: Kemarau Basah, Tanaman Tembakau di Temanggung Banyak yang Mati

Wisnu sekali lagi mengungkapkan, kemarau basah ini tak hanya berdampak di daerah Temanggung, yang menjadi pusat pertanian tembakau di Jateng. Namun dampak tersebut juga dirasakan petani tembakau di kabupaten lain di Jateng.

“Sama meratanya [dampak kemarau basah] di semua Jateng. Terutama yang tanamnya pada bulan April-Mei, kecuali yang tanam di luar itu seperti di Rembang, Wonogiri, Klaten. Mereka belum kelihatan dampaknya, karena musim tanamnya agak mundur. Jadi, tembakaunya masih bisa disulam,” imbuhnya.

Sedangkan wilayah yang terdampak, menurut Wisnu ada di Boyolali, Magelang, Temanggung, Wonosobo, dan Kendal. ““Itu sudah enggak bisa [tanaman tembakau disulam], kecuali yang bawah seperti Mranggen [Demak], Purwodadi, masih bisa tertolong. Tapi ya tetap saja, semoga hujannya enggak terus menerus. Kalau terus-terusan ya diikhlaskan saja,” jelasnya.

Baca juga: Mengenal Tembakau Srintil dari Temanggung yang Terkenal Istimewa

Disinggung terkait antisipasi, Wisnu mengaku sudah tidak ada yang bisa dilakukan para petani tembakau terkait kondisi cuaca kemarau basah. Hal itu dikarenakan kondisi itu disebabkan force majeur atau kondisi alam.

“Sudah tidak ada [antisipasi], enggak mungkin karena faktor alam. Sedangkan tembakau memang sangat bergantung cuaca,” ujarnya.

Berdasarkan data APTI, lahan pertanian tembakau di Jateng pada tahun 2021 mencapai 65.000 hektare. Pada tahun ini, lahan pertanian tembakau itu kemungkinan akan mengalami penyusutan menyusul anomali cuaca tersebut.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya