Jateng
Jumat, 3 Agustus 2018 - 19:50 WIB

Kemarau Ekstrem, BPBD Waspadai Kebakaran Hutan

Redaksi Solopos.com  /  Rahmat Wibisono  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Panduan Informasi dan Inspirasi

<p><strong>Semarangpos.com, SEMARANG &mdash;</strong> Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Jawa Tengah (Jateng) mewaspadai terjadinya kebakaran hutan selama bencana kekeringan melanda sejumlah wilayah di Jateng.</p><p>Kepala Pelaksana Harian (Kalakhar) BPBD Jateng, Sarwa Pramana, menyebutkan kebakaran hutan berpotensi terjadi saat musim kekeringan. Jika bencana itu terjadi, penangananya akan sangat sulit dilakukan.</p><p>&ldquo;Kalau sampai terjadi [kebakaran] di perbukitan, pemadamannya sangat sulit karena harus menggunakan metode manual. Kalau mau dengan menggunakan helikopter juga sulit karena banyak sumber mata air yang saat ini kering,&rdquo; ujar Sarwa saat dihubungi <em>Semarangpos.com</em>, Jumat (3/8/2018).</p><p>Demi mengantisipasi kebakaran hutan itu, Sarwa pun mengimbau pada para penjaga kawasan hutan untuk lebih intensif dalam melakukan pengawasan. Terlebih lagi, di daerah-daerah yang seringkali menjadi lokasi pendakian.</p><p>&ldquo;Kalau ada yang membuat api unggun, harap ekstra hati-hati. Pada saat naik ke gunung, perbekalan air kan juga terbatas, tiupan angin juga kencang dan mempercepat proses kebakaran,&rdquo; beber Sarwa.</p><p>Sarwa juga mengimbau kepada masyarakat yang tinggal di kawasan pegunungan untul lebih berhati-hati dala menjaga daerahnya. Salah satunya dengan tidak membuah sampah sembarangan, seperti puntung rokok atau pun saat memasak menggunakan kayu bakar dan tumpukan jerami.</p><p>&ldquo;Kalau pembakaran paling sering di Kudus, lahan tebu. Sudah hampir 3-4 kali terjadi. Untuk itulah kita taruh satu mobil damkar [pemadam kebakaran] untuk <em>back up</em> mobil damkar milik pemerintah daerah. Di Kudus kita juga <em>support </em>tangki air dan satu truk,&rdquo; ujar Sarwa.</p><p>Selama sebulan terakhir, sejumlah wilayah Jateng memang mengalami kemarau ekstrem. Berdasarkan data BPBD per Jumat (3/8), ada 112 kecamatan dan 276 desa di 21 Kabupaten/Kota yang terdampak. Terparah yakni Kabupaten Grobogan, disusul Kebumen, Purworejo, Sragen, dan Cilacap.</p><p><em><strong><a href="http://semarang.solopos.com/">KLIK</a> dan <a href="https://www.facebook.com/SemarangPos">LIKE</a> di sini untuk lebih banyak berita Semarang Raya</strong></em></p>

Advertisement
Advertisement
Advertisement
Advertisement
Kata Kunci :
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif