Jateng
Senin, 5 Januari 2015 - 00:45 WIB

KEMISKINAN JAWA TENGAH : Lumayan, Angka Kemiskinan Turun 0,87%

Redaksi Solopos.com  /  Sumadiyono  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Ilustrasi inflasi (JIBI/Harian Jogja/Reuters)

Ilustrasi (JIBI/Harian Jogja/Reuters)

Kemiskinan Jawa Tengah menurut data Badan Pusat Statistik mengalami penurunan. Data BPS menyebutkan ada penurunan 0,87% periode Maret hingga September 2014 

Advertisement

Kanalsemarang.com, SEMARANG – Badan Pusat Statistik (BPS) Jateng menyatakan angka kemiskinan Jawa Tengah periode Maret hingga September 2014 mengalami penurunan sebesar 0,87% dibandingkan pada semester sebelumnya.

“Jika pada semester sebelumnya angka kemiskinan mencapai 4,836 juta orang untuk semester ini turun menjadi 4,652 juta orang, jadi ada penurunan sebesar 274.600 orang,” kata Kepala Bidang Statistik Sosial Badan Pusat Statistik (BPS) Jateng Erisman seperti dikutip Antara, Jumat (2/1/2015).

Dari jumlah penurunan tersebut, untuk angka kemiskinan di wilayah perkotaan mencapai 173.800 orang, sedangkan angka kemiskinan untuk wilayah perdesaan mencapai 100.900 orang.

Advertisement

Berdasarkan data BPS, salah satu komoditas yang memberikan pengaruh pada angka kemiskinan tersebut untuk kelompok makanan yaitu beras dengan kontribusi sebesar 34,37 persen untuk wilayah perkotaan dan kontribusi makanan dari wilayah perdesaan sebesar 38,28%.

Sedangkan untuk kelompok nonmakanan salah satunya yaitu dana untuk membayar perumahan sebesar 20,26% untuk wilayah perkotaan dan kontribusi perumahan untuk wilayah perdesaan mencapai 21,20%.

Menurutnya, penghitungan tersebut berdasarkan dari kebutuhan dasar yang dikeluarkan oleh masyarakat, jika pengeluaran lebih besar dari upah yang diterima maka kelompok tersebut dikatakan sebagai masyarakat miskin. Untuk besaran pengeluaran yang dijadikan sebagai patokan oleh BPS yaitu di angka Rp281.570/kapita/orang.

Advertisement

Sementara itu, Erisman mengatakan penurunan angka kemiskinan pada kurun waktu Maret-September tersebut disebabkan oleh stabilitas harga yang berada dalam kondisi baik. Selain itu, pada kurun waktu tersebut besaran inflasi selalu di bawah 2,5 persen sehingga merupakan indikasi baik bagi pertumbuhan ekonomi.

Meski demikian, jika harga terus mengalami kenaikan maka tidak menutup kemungkinan angka kemiskinan akan kembali meningkat.

Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif