Jateng
Selasa, 14 Maret 2017 - 13:50 WIB

KEMISKINAN SEMARANG : Jajakan Gorengan Hingga Larut Malam, Bocah Ungaran Bikin Terenyuh

Redaksi Solopos.com  /  Rahmat Wibisono  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Anak pedagang gorengan di Ungaran, Kabupaten Semarang, Jateng. (Facebook.com-Tembang Tresno)

Kemiskinan di Kabupaten Semarang membuat seorang anak harus berdagang gorengan hingga larut malam.

Semarangpos.com, UNGARAN – Seorang bocah pedagang gorengan di Ungaran, Kabupaten Semarang, Jawa Tengah (Jateng) menyita perhatian khalayak dunia maya (netizen) setelah kedapatan menjajakan dagangannya hingga larut malam. Kisah tragis bocah yang didera kemiskinan itu mencuat di grup Facebook Ungaran setelah pengguna akun Tembang Tresno menceritakannya ke dinding grup.

Advertisement

Pengguna akun Facebook Tembang Tresno mengaku bertemu anak tersebut di kawasan Babadan, Ungaran Barat saat sang bocah membawa dagangannya untuk dijajakan kepada warga sekitar, Senin (27/2/2017) malam. Ia merasa heran anak itu masih berdagang keliling hingga larut malam.

Netizen yang tergabung dalam grup Facebook Ungaran pun mengaku merasa terenyuh mengetahui ada seorang anak yang rela berdagang hingga larut malam demi memenuhi kebutuhan hidup. “Haduh kasihan, masih kecil harus e malam begini sudah tidur, kok malah disuruh jualan, mesake to, la ibue kemana,” tulis pengguna akun Pramita Gag Sombonk.

“Ya Allah jam segini masih jualan anak itu. Ndang lares dek. Amiiin,” timpal pengguna akun Enurapuenya Prastya.

Advertisement

Sementara itu, sejumlah netizen yang mengaku sebagai tetangga si anak pedagang gorengan itu memaparkan anak tersebut memang selalu berjualan pada malam hari. Hal itu dilakukan demi memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari. Kemiskinan yang mendera salah satu bocah di Kabupaten Semarang itu membuat dirinya berdagang gorengan bersama kakak perempuannya dengan berkeliling ke permukiman warga.

Selain merasa terenyuh, sebagian netizen lain justru merasa bangga ada anak di Kabupaten Semarang yang mau bekerja keras demi memenuhi kebutuhan hidup meski harus mengalami kisah tragis. “Generasi penerus bangsa kui, Raono kata menyerah/kesel,” tulis pengguna akun Kipli Ichi Ocha.

Meski banyak yang merasa terenyuh dan memuji si anak pedagang gorengan tersebut, tak sedikit juga netizen yang menyalahkan pihak orang tua karena membiarkan anaknya berdagang hingga larut malam. Mereka menganggap orang tua sang bocah telah mengeksploitasi anak tersebut secara berlebihan.

Advertisement

Meskipun terjerat kemiskinan, anak tersebut menurut mereka tak sepantasnya berdagang hingga larut malam, terlebih lagi menurut netizen yang mengaku sebagai tetangganya, anak tersebut harus berdagang menyusuri tepi jalur jalan Semarang-Solo yang terdapat banyak bus malam berkecepatan tinggi. (Ginanjar Saputra/JIBI/Semarangpos.com)

KLIK dan LIKE di sini untuk lebih banyak berita Semarang Raya

Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif