SOLOPOS.COM - Ilustrasi mebel rotan (JIBI/Solopos/Antara)

Pengrajin melakukan proses akhir pewarnaan mebel rotan di pusat penjualan rotan di Jakarta, Kamis (6/11). Pemerintah menargetkan nilai ekspor mebel kayu dan rotan olahan mencapai US$ 5 miliar dalam lima tahun mendatang. ANTARA FOTO/M Agung Rajasa

Ilustrasi mebel rotan (JIBI/Solopos/Antara/M. Agung Rajasa)

Kanalsemarang.com, SEMARANG – Asosiasi mebel Indonesia (Asmindo) Jawa Tengah mengaku kenaikan harga BBM tidak memengaruhi industri mebel terutama dari sisi produksi.

Promosi BRI Dipercaya Sediakan Banknotes untuk Living Cost Jemaah Haji 2024

“Penggunaan peralatan industri yang menggunakan BBM tidak begitu besar, jadi rasanya kenaikan harga BBM ini tidak mengganggu operasional produksi kami,” kata Ketua Asmindo Jateng Eri Sasmito di Semarang, Selasa (9/12/2014).

Ia mengakui jika dari sisi ongkos transportasi memang ada kenaikan, meski demikian kenaikan tersebut tidak sampai menjadi kendala proses produksi terutama bagi pengusaha di kawasan Jawa Tengah.

“Kami juga menerima permintaan dari karyawan yang meminta ada penyesuaian upah karena tarif transportasi umum yang juga mengalami kenaikan,” katanya.

Sementara itu, dari sisi bahan baku diakuinya kenaikan biasa terjadi di setiap tahunnya. Seperti halnya pada tahun ini, kenaikan harga bahan baku sudah terjadi sebanyak tiga kali.

“Kenaikan yang pertama yaitu sebesar 10 persen, kedua 10 persen, dan ketiga 15 persen. Salah satu contohnya untuk harga bahan baku kayu jati per meter kubiknya saat ini di kisaran Rp5 juta. Kelangkaan bahan baku mungkin merupakan faktor yang menyebabkan kenaikan harga,” katanya.

Sebelumnya Kepala Bidang Industri Agro, Kimia, dan Hasil Hutan Dinas Perindustrian dan Perdagangan Jawa Tengah Ratna Kawuri mengatakan mengenai bahan baku kayu sejauh ini masih menjadi kendala bagi sebagian pengrajin mebel di Jateng.

Setiap tahun Jateng membutuhkan antara 3 hingga 3,5 juta meter kubik kayu untuk industri mebel, sedangkan yang bisa dipenuhi hanya 400 ribu kubik.

“Bahan baku menjadi salah satu permasalahan industri mebel di Jawa Tengah. 400.000 kubik ini berasal dari Perhutani dan hutan rakyat, jadi kita masih kekurangan banyak sekali,” ujarnya.

Menurut dia, untuk memenuhi kekurangan bahan baku tersebut pihaknya melakukan kerja sama dengan beberapa daerah yang merupakan kantong bahan baku yang berada di luar Jawa di antaranya ke Kendari, Papua dan Jambi.

“Tujuannya untuk memaksimalkan hasil mengingat Jateng sebagai wilayah industri dan pengolah kayu, sedangkan bahan bakunya lebih banyak tersedia di luar Jawa,” tuturnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya