Jateng
Senin, 6 Oktober 2014 - 08:50 WIB

KENAIKAN HARGA RUMAH : Angka Backlog di Jateng Capai 1 Juta Unit

Redaksi Solopos.com  /  Sumadiyono  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Ilustrasi Perumahan (Burhan Aris Nugraha/JIBI/Solopos)

Menyelesaikan Pembangunan Perumahan

Kanalsemarang.com, SEMARANG—DPD Real Estate Indonesia (REI) Jawa Tengah memprediksi angka backlog atau kekurangan rumah pada tahun ini bisa mencapai 1 juta unit, seiring dengan lonjakan harga rumah.

Advertisement

Harga rumah diprediksi bakal naik sekitar 5%-10% karena pengaruh kenaikan tarif dasar listrik dan rencana kenaikan harga bahan bakar minyak (BBM).

Wakil Ketua REI Jateng Bidang Promosi, Humas, dan Publikasi Dibya K Hidayat mengatakan dampak dari kenaikan harga rumah akan menambah jumlah angka backlog di Jawa Tengah.

Advertisement

Wakil Ketua REI Jateng Bidang Promosi, Humas, dan Publikasi Dibya K Hidayat mengatakan dampak dari kenaikan harga rumah akan menambah jumlah angka backlog di Jawa Tengah.

“Kami sedang mengumpulkan data yang valid. Tapi prediksinya [backlog] sekitar 1 juta unit,” kata Dibya seperti dikutip Antara, Minggu (5/10/2014).

Dibya memaparkan kenaikan harga properti tidak berlangsung dalam waktu dekat ini, melainkan bertahap sembari mengikuti lonjakan harga material bangunan. Menurutnya, kenaikan harga rumah terpaksa dilakukan untuk menopang biaya produksi yang terus membengkak.

Advertisement

“Bunga bank juga belum turun dan cenderung naik. Hal ini berpengaruh pada penjualan,” ujarnya.

Dari sejumlah pameran yang diadakan REI Jateng, kata dia, rumah yang banyak diminati berkisar di bawah Rp200 juta. Bahkan, penjualan rumah dengan angka tersebut mencapai 230 unit rumah.

Selain kenaikan harga rumah, kata Dibya, penyebab tingginya angka blacklog di Jateng karena harus menunggu keputusan akhir dari Pemerintah mengenai harga rumah sederhana. Pengembang menunggu pemerintah menetapkan harga baru rumah subsidi dengan skema Fasilitas Likuiditas Pembiayaan Perumahan (FLPP).

Advertisement

Ketua DPD REI Jateng MR Priyanto menambahkan lambatnya pembangunan rumah karena ketersedian lahan yang kian sulit.

“Jika lahan ada, harga juga turut naik. Ini yang membuat pengembang berpikir dua kali,” paparnya.

Priyanto menambahkan adanya revisi Permenpera No 13/ 2012 tentang Perumahan dan Permukiman, sedikit menghambat pertumbuhan perumahan sederhana di wilayah ini.
Dalam revisi disebutkan batas minimal luas rumah sejahtera tapak yang bisa mengajukan kredit pemilikan rumah (KPR) melalui FLPP bisa di bawah 36 meter persegi.

Advertisement

“Yang pasti adanya kendala dapat menghambat percepatan realisasi target,” paparnya.
Namun demikian, pihaknya tetap optimis tahun ini pembangunan rumah bisa tercapai hingga 10.000 unit. Priyanto menjelaskan wilayah Jateng yang memungkinkan untuk bisnis properti yakni Cilacap, Solo, Semarang dan Demak.

Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif