SOLOPOS.COM - Ilustrasi orang gila (Madamenoire.com)

Kesehatan, dari Direktur RSJD dr. Amino Gondohutomo, Sri Widyayati, menyebutkan 25% warga Jawa Tengah (Jateng) menderita gangguan jiwa.

Semarangpos.com, SEMARANG – Direktur Rumah Sakit Jiwa Daerah (RSJD) dr. Amino Gondohutomo, Sri Widyayati, mengungkapkan bahwa satu dari empat orang atau kurang lebih 25% warga Provinsi Jawa Tengah (Jateng) mengalami gangguan jiwa ringan. Sedangkan kategori gangguan jiwa berat rata-rata 1,7 per mil atau kurang lebih 12 ribu orang.

Promosi Jelang Lebaran, BRI Imbau Nasabah Tetap Waspada Modus Penipuan Online

Kondisi itu perlu mendapatkan penanganan serius dari pemerintah maupun masyarakat karena berpengaruh terhadap penurunan produktivitas. “Kurang lebih 25% warga pada 35 daerah di Jateng, atau satu di antara empat orang, mengalami gangguan jiwa ringan. Sedangkan gangguan jiwa berat rata-rata 1,7 per mil. Penyebab mereka terkena ganguan jiwa, multifaktor. Sedangkan pencetusnya bisa karena kemiskinan, gejolak lingkungan, atau masaalah keluarga,” terang Sri Widyayati pada Acara Pengarahan Bersama Gubernur Jateng Ganjar Pranowo di RSJD dr Amino Gondohutomo, di Jalan Majapahit Kota Semarang, Senin (20/3/2017).

Menurut riset kesehatan, lanjut dia, penanganan gangguan jiwa menyedot anggaran triliunan rupiah atau jauh lebih tinggi dari anggaran untuk menangani penderita berbagai penyakit lain, seperti jantung, paru-paru, dan gangguan organ tubuh lain yang hanya mencapai miliaran rupiah. Hal itu karena penderita gangguan jiwa kategori berat tidak bisa lagi produktif.

“Pasien yang masuk ke RSJD Amino Gondohutomo tahun ini mengalami penurunan drastis karena sekarang di setiap RSUD sudah ada klinik spesialis jiwa lengkap dengan dokter syaraf, yang siap melayani pasien pengidap gangguan jiwa ringan,” terang dr Sri Widyayati dalam siaran pers yang diterima Semarangpos.com dari Humas Pemprov Jateng.

Menanggapi hal itu, Gubernur Jateng Ganjar Pranowo mengatakan pemerintah harus memperhatikan dan mengurus beragam masalah yang ada di masyarakat, termasuk persoalan penanganan kesehatan jiwa dan raga warga guna meningkatkan derajat kesehatan masyarakat. Oleh karena itu, rumah sakit diharapkan melakukan beragam program yang inovatif.

“Yang dibutuhkan rumah sakit jiwa adalah inovasi. Apalagi dari empat orang satu di antaranya alami gangguan jiwa ringan. Mungkin dari pihak RS mengembangkan konseling, gencarkan permeriksaan kejiwaan dengan berkeliling ke sekolah-sekolah, jalan, bahkan ke kalangan pegawai mungkin. Siapa tahu yang setiap hari merawat penderita gangguan jiwa, lalu ketularan,” kelakarnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya