SOLOPOS.COM - Kepala Bidang Keluarga Berencana dan Kesehatan Reproduksi BKKBN Jateng Agus Pujianto menyampaikan materi pada Sosialisasi Penggunaan PPIUD Metode Inserter untuk Provider Terpilih yang didukung Andalan di Novotel Semarang, Kamis (23/6/2016). (Insetyonoto/JIBI/Semarangpos.com)

Kesehatan masyarakat di Jateng cenderung membaik dengan turunnya angka kematian ibu melahirkan.

Semarangpos.com, SEMARANG – Dinas Kesehatan (Dinkes) Jawa Tengah (Jateng) mengungkapkan angka kematian ibu melahirkan mencapai 111,1 per 100.000 kelahiran hidup.

Promosi Siap Layani Arus Balik, Posko Mudik BRImo Hadir di Rute Strategis Ini

Kepala Bidang Pengendalian Penyakit Dan Penyehatan Lingkungan (P2PL) Dinas Kesehatan Jateng dr. Wahyu Setianingsih mengatakan angka kematian ibu melahirkan dalam empat terakhir cenderung turun. “Meski jumlahlah masih tinggi, tapi angka kematian ibu melahirkan di Jateng cenderung turun,”  katanya katanya pada Sosialisasi Penggunaan PPIUD Metode Inserter untuk Provider Terpilih yang didukung Andalan di Novotel Semarang, Kamis (23/6/2016).

Dia menyebutkan pada 2012 angkat kematian ibu melahirkan masih mencapai 116,3, pada 2013 sebesar 118,6, dan pada 2015 sebesar 126,55, dan pada 2015 sebesar 111,1. Penyebab masih tingginya angka kematian ibu melahirkan, menurut Wahyu, antara lain masih tingginya kelahiran pada usia remaja yakni 48 per 1.000, tingginya perkawinan usia dini, dan konseling terhadap keluarga berencana (KB) masih kurang. “Untuk menekan angka kematian ibu melahirkan salah satunya melalui program KB,” ujarnya.

Kepala Bidang Keluarga Berencana dan Kesehatan Reproduksi Badan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) Jateng, Agus Pujianto dalam kesempatan sama mengatakan program KB bukan untuk membatasi atau mencegah kelahiran anak. ”Program KB ini untuk pengaturan kelahiran agar tidak menimbulkan resiko bagi ibu sehingga dapat mencegah kematian ibu saat melahirkan,” ungkap dia.

Menurut dia, penyabab kematian ibu saat melahirkan karena terlalu muda melahirkan di bawah 20 tahun, terlalu tua melahirkan di atas 35 tahun, terlalu dekat jarak melahirkan di bawah dua tahun. ”Melalui program KB jarak kelahiran diatur sehingga tidak membahayakan ibu dan bayi,” tandas dia.

Agus menambahkan penggunaan pil dan suntik masih mendominasi cara ber-KB warga Jateng, dibandingkan menggunakan alat kontrasepsi lainnya seperti IUD, kondom, dan pantang berkala. “Penggunaan pil mencapai 12,3 persen dan suntik 33,6 persen. Jadi penggunaan pil dan suntik hampir separuh dari penggunaan alat kontrasepsi KB,” ungkap dia.

 

KLIK dan LIKE di sini untuk lebih banyak berita Semarang Raya

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya