Jateng
Sabtu, 23 Desember 2017 - 12:50 WIB

KESEHATAN SEMARANG : Waspada Wabah Difetri, Ini yang Dilakukan RS Kariadi

Redaksi Solopos.com  /  Imam Yuda Saputra  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Ilustrasi bocah pengidap difteri (JIBI/Solopos/Antara)

Kesehatan warga di Kota Semarang terancam dengan wabah difteri.

Semarangpos.com, SEMARANG – Rumah Sakit Umum Pusat (RSUP) dr. Kariadi, Kota Semarang, meminta para staf, baik dokter maupun perawat untuk lebih tanggap terhadap pasien pengidap difteri.

Advertisement

Hal itu disampaikan Dokter Spesialis Anak RSUP dr. Kariadi, dr. Hapsari SpA(k), menggelar acara Sosialisasi Penyakit Difteri Untuk Staf RSUP dr. Kariadi di RSUP dr. Kariadi, Semarang, Kamis (21/12/2017).

Hapsari mengaku wabah difteri tidak bisa dianggap remeh. Wabah itu bahkan sudah merenggut nyawa satu pasien RSUP dr. Kariadi, beberapa waktu lalu.

Advertisement

Hapsari mengaku wabah difteri tidak bisa dianggap remeh. Wabah itu bahkan sudah merenggut nyawa satu pasien RSUP dr. Kariadi, beberapa waktu lalu.

Hapsari menyebutkan sebelumnya RSUP dr. Kariadi menerima delapan pasien yang diduga atau suspect difteri. Dari delapan pasien itu, empat di antaranya dinyatakan positif difteri.

“Itu semua [pasien] sekarang sudah pulang. Tapi, ada satu yang meninggal, anak usia empat tahun rujukan dari Kendal,” ujar Hapsari di sela kegiatan sosialisasi tersebut.

Advertisement

Hapsari menyebutkan pasien difteri itu berasal dari berbagai daerah di Jawa Tengah (Jateng), seperti Kabupaten Semarang, Boyolali, Kendal, dan Demak. Pihaknya melakukan penanganan terhadap pasien itu dengan menempatkan di ruang isolasi dan memberi obat termasuk anti-difteri serum (ADS).

Dalam kegiatan yang diikuti sekitar 200 dokter dan staf RSUP dr. Kariadi itu, Hapsari mengimbau agar tenaga medis lebih  teliti. Hal itu dikarenakan difteri sebenarnya merupakan penyakit yang tergolong sudah lama dan sempat menghilang tapi sekarang muncul lagi.

“Istilahnya re-emerging desease sehingga banyak dokter, perawat, tenaga medis yang tidak mengenal penyakit itu,” terang Hapsari.

Advertisement

Dalam sosialisasi tersebut, dijelaskan tiga materi pemeriksaan yang dilakukan terhadap pasien suspect maupun positif difteri. Ketiga pemeriksaan itu meliputi mikrobiologi untuk mendeteksi kuman difteri oleh spesialis mikrobiologis, kemudian secara klinis, dan terakhir melalui standard pre-caution atau pencegahan kontak dengan pasien difteri.

“Artinya, kewaspadaan apa yang kita lakukan supaya tidak tertular. Yang pertama adalah penggunaan masker bedah (masker berwarna hijau), bukan N95 yang digunakan untuk pencegahan penyakit menular melalui udara seperti TBC dan flu burung,” jelasnya.

Hapsari menuturkan bahwa pada dekade yang dulu difteri lebih banyak menyerang anak-anak. Terkait adanya pasien dewasa saat ini, kan karena imunisasi orang dewasa itu tidak bagus.

Advertisement

Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif