SOLOPOS.COM - Es krim jamu, menu andalan di Kafe Jamu Makutarama, Pecinan Semarang. (Solopos.com-Ponco Wiyono)

Solopos.com, SEMARANG — Perusahaan jamu Nyonya Meneer di Kota Semarang, Jawa Tengah (Jateng), memang telah tutup setelah dinyatakan pailit pada tahun 2017 lalu. Meski demikian, sejumlah keturunan Nyonya Meneer sepertinya enggan resep warisan leluhurnya itu sirna begitu saja. Mereka pun berinisiatif mendirikan kafe yang menyajikan berbagai menu jamu di kawasan Pecinan Semarang, yang diberi nama Kafe Jamu Makutarama.

Pemilik Kafe Jamu Makutarama yang juga generasi ketiga dari Nyonya Meneer, Seno Budiono, mengaku prihatin lantaran minuman herbal khas Nusantaran ini semakin jauh dari kalangan muda. Oleh karena itu, ia pun mencari cara bagaimana agar jamu bisa tetap dikenal hingga memunculkan ide membuat es krim dari jamu.

Promosi Siasat BRI Hadapi Ketidakpastian Ekonomi dan Geopolitik Global

Kafe Jamu Makutarama merupakan kafe yang digagas Seno bersama anaknya. Seno berkecimpung dengan jamu lantaran produk herbal ini merupakan perusahaan keluarga. Profesi utama yang digeluti lelaku berusia 72 tahun ini adalah usaha mebel.

“Anak saya Sandro pertama kali yang mengagas bikin es krim jamu. Saya jawab, bagaimana caranya? Bikin es krim saja susah, malah jadinya es lilin. Tapi setelah bertahun-tahun bereksperimen akhirnya ketemu juga teknik membuat es krim jamu,” beber Seno kepada Solopos.com, Kamis (19/1/2023).

Setelah mantap dengan formula temuannya, Seno pun membuka Kafe Makutarama di Gang Pinggir, Pecinan pada 2019. Antusiasme masyarakat pun datang seiring berjalannya waktu. Muda-mudi Kota Semarang sampai wisatawan asing yang kapal pesiarnya bersandar di Pelabuhan Tanjung Emas bergantian mengapresiasi.

“Bahkan anak-anak muda itu pesan jamunya. Mereka tanya ‘Oom, pahit ndak?’ Saya jawab kalau pahit tak usah bayar. ‘Oom, ampasnya bisa diminum?’ Saya jawab silakan, jamu saya dibuat untuk dikonsumsi sampai habis,” terang Seno.

Tawaran membuka franchise atau waralaba pun berdatangan, mulai dari kota-kota besar di pulau Jawa, Batam, dan Bali. Sementara pengunjung dari Eropa juga berharap, Kafe Jamu Makutarama dibuka juga di benua biru.

“Ada orang Italia ke sini minta saya buka di sana. Waduh, kata saya, itu tidak ada dalam pikiran saya. Artinya, konsep es krim jamu dan kafe jamu ini benar-benar diapresiasi karena langka,” tutur Seno.

Tidak Pahit

Beberapa rasa es krim jamu yang bisa dipesan di kafe ini, yakni moringa, teh hijau, kunir asem, dan STMJ. Solopos.com memesan es krim kunir asem, capuccino beras kencur frappe dan linugon, yakni kopi bercampur jamu-jamuan dan susu yang dibuat untuk menghilangkan letih.

Semua enak, dan benar apa yang dikatakan Seno, tidak ada pahit jamu yang terasa. Menurur Seno, sejak awal dibuka perusahaan jamu milik keluarganya memang berusaha membuat ramuan yang tidak pahit saat diminum. Hal ini pula yang diterapkan di produk yang ia tawarkan di kafenya.

Seno sendiri mendapatkan tumbuh-tumbuhan herbal ini di penjual pasar sekitarnya. Ia juga memesan beberapa tanaman jamu dari petani di kawasan Limbangan dan Boja, Kabupaten Kendal.

Meski mengaku belum menemukan pattern yang pakem untuk kafe jamunya, Seno menatap ke depan dengan optimisme. Salah satunya adalah dengan memindahkan kafenya ke kawasan yang lebih representatif agar pecinta minuman jamu bisa lebih mudah menjangkau kafenya.

“Jamu semakin surut, padahal di negeri ini ribuan jumlah tanaman herbal. Sayang sekali kalau generasi muda tidak kita perkenalkan ke jamu,” tutup Seno.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya