SOLOPOS.COM - Pemandangan Desa Peniron, Kebumen. (Istimewa/peniron.kec-pejagoan.kebumenkab.go.id)

Solopos.com, KEBUMENKali Pancur di Desa Peniron, Kecamatan Pejagoan, Kabupaten Kebumen telah menjelma menjadi salah satu tujuan wisata air paling populer bagi para pelancong dan pencinta alam. Pemandangan alam di kawasan tersebut selalu menawarkan keindahan yang menakjubkan untuk dijelajahi.

Selain mengusung sejuta pesona alam, wilayah di Kali Pancur ini dipenuhi misteri dan keunikan yang mengundang decak kagum. Namanya diambil dari sungai kecil yang tercipta dari aliran mata air alami melalui lapisan batuan bumi.

Promosi Usaha Endog Lewo Garut Sukses Dongkrak Produksi Berkat BRI KlasterkuHidupku

Jalur batuan yang melingkupinya bervariasi, terdapat beberapa bagian miring dan ada pula yang tegak vertikal yang ketika hujan turun akan tercipta air terjun. Namun ketika cuaca sedang bersahabat, Kali Pancur berubah menjadi surga mata air yang jernih yang dimanfaatkan oleh warga setempat.

Selain terkenal karena keindahan alamnya, Kali Pancur memiliki kisahnya tersendiri yang tak banyak orang tahu. Berawal dari sejarah berdirinya Desa Peniron yang dahulunya merupakan sebuah belantara hutan lembah di Sungai Luk Ulo. Kemudian Eyang Rohmanudin atau yang akrab disapa Mbah Kuwu membuka hutan dan menjadikannya sebagai daerah permukiman.

Dilansir oleh laman website peniron.kec-pejagoan.kebumenkab.go.id pada Kamis (27/7/2023), berbicara tentang sejarah berdirinya Desa Peniron tak bisa terlepas dari legenda berdirinya Kebumen.

Sosok Ki Bumi, seorang Senopati dari Mataram mengukir sejarah dengan mendirikan sebuah desa di sekitar lembah Sungai Luk Ulo yang kemudian dinamai Ki-Bumi-an atau Ke-Bumi-an atau yang sekarang ini dikenal dengan Kebumen. Di samping itu, seorang pengikut setianya, Ki Badrayudha menetap dan dikebumikan di Desa Peniron.

Memiliki kisah tersendiri, di Dukuh Kali Pancur terdapat sebuah pohon yang dari cerita legendanya berasal dari sebuah tongkat kayu yang ditancapkan. Alkisah sesepuh bernama Eyang Drapita alias Mbah Pancur mengadakan hajatan yang dibagi menjadi dua yang dibatasi oleh garis, yaitu undangan untuk manusia dan undangan untuk makhluk halus dari Gunung Slamet.

Semua berjalan lancar sampai pada akhirnya hajatan terhambat karena kekurangan air. Kemudian diminta bantuanlah para tamu makhluk halus untuk mencarikan air.

Dikarenakan air tak kunjung datang, Mbah Pancur berdoa kepada Yang Maha Kuasa sembari menancapkan tongkat kayu kungu ke tanah. Air pun mengalir di antara sela-sela bebatuan melewati sisi tongkat yang tertancap hingga terus mengalir hingga mencapai tempat diadakannya hajatan. Dari tongkat kayu inilah kemudian tumbuh menjadi pohon wungu.

Misteri dan keajaiban air Kali Pancur telah menjadi rahasia tersembunyi selama bertahun-tahun. Dikenal sebagai obat penyembuhan beragam penyakit, air yang juga disebut sebagai banyu penguripan Kali Pancur ini diyakini memiliki daya spiritual yang kuat. Biasanya, sebelum memulai tirakat atau menjalani ritual, para pelaku spiritual membersihkan diri dengan mandi menggunakan air Kali Pancur.

Kali Pancur merupakan wilayah yang sarat akan sejarah. Bukti nyatanya adalah keberadaan makam Mbah Kuwu, sebutan bagi kepala kampung pada masa kejayaan Kerajaan Kuno Jawa. Makam tersebut jadi saksi bisu dari masa lampau untuk mengingatkan tentang perjalanan panjang zaman dan kehidupan di daerah ini.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya