SOLOPOS.COM - Pengurus DPP PPP kubu Emron Pangkapi (kedua dari kanan) berbincang dengan mantan Sekjen PPP M. Romahurmuziy (kedua dari kiri), dan politikus Rusli Effendi (kiri) serta Ahmad Yani menggelar kegiatan yang mereka sebut rapat pimpinan nasional di Jakarta, Minggu (14/9/2014). (JIBI/Solopos/Antara/Wahyu Putro A.)

Pecatan pengurus DPP PPP Emron Pangkapi (kedua dari kanan) berbincang dengan mantan Sekjen PPP M. Romahurmuziy (kedua dari kiri), dan politikus Rusli Effendi (kiri) serta Ahmad Yani menggelar kegiatan yang mereka sebut rapat pimpinan nasional di Jakarta, Minggu (14/9/2014). (JIBI/Solopos/Antara/Wahyu Putro A.)

Para pengurus DPP PPP (JIBI/Solopos/Antara/Wahyu Putro A.)

Kanalsemarang.com, SEMARANG – Kericuhan berujung banting meja yang dilakukan politikus PPP saat rapat paripurna DPR justru merugikan partai itu, kata pengamat politik Universitas Diponegoro Semarang Teguh Yuwono.

Promosi Kisah Inspiratif Ibru, Desa BRILian Paling Inovatif dan Digitalisasi Terbaik

“Partai Persatuan Pembangunan (PPP) kan partai yang sudah lama dan berpengalaman. Tidak perlu melakukan kekerasan sampai banting meja seperti itu. Itu menunjukkan ketidakpahaman etika politik,” katanya seperti dikutip Antara, Selasa (28/10/2014).

Rapat paripurna lanjutan di DPR RI, Selasa, yang mengagendakan penetapan anggota komisi dan alat kelengkapan berujung ricuh, dan diwarnai aksi banting meja yang dilakukan oleh Hasrul Azwar dari PPP.

Menurut Teguh, semestinya konflik di tubuh PPP bisa diselesaikan secara internal di tingkat pengurus parpol bersangkutan dan Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia, serta tidak perlu sampai ke DPR RI.

“Kalau sampai terjadi aksi banting meja seperti itu, kan memalukan. Malah menunjukkan kalau PPP tidak mampu mengelola konflik secara baik. Semestinya, konflik itu bisa diselesaikan di internal,” katanya.

Ditanya adanya ketidakpuasan terhadap pimpinan DPR yang memicu aksi banting meja, ia mengatakan tidak semestinya ketidakpuasan itu diluapkan cara kekerasan semacam itu, seperti banting meja.

Ia menjelaskan para politikus semestinya menunjukkan cara-cara yang santun dalam berpolitik, bukan malah menunjukkan cara-cara yang tidak pantas, sebab perilaku anggota dewan dinilai oleh masyarakat.

“Bahwa apapun, sebenarnya pemicunya kekalahan lobi politik salah satu kubu PPP di tingkat DPR. Kubu Suryadharma Ali yang lobinya menang. Boleh saja tidak puas, tapi kan tidak seperti itu,” katanya.

Perpecahan di tubuh PPP, kata pengajar FISIP Undip itu, jika terus berlarut akan sangat merugikan partai tersebut, apalagi sampai terjadi aksi banting meja yang dilakukan salah satu politikusnya.

“Dampaknya, simpati masyarakat dan para konstituennya terhadap parpol bisa menurun. Kalau sampai terjadi kan merugikan PPP sendiri. Bisa saja berdampak penurunan suara pada pemilu mendatang,” katanya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya