Jateng
Rabu, 16 Maret 2022 - 15:10 WIB

Kisah di Balik Ukiran Pintu Gerbang Majapahit di Pati

Yesaya Wisnu  /  Chelin Indra Sushmita  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Pintu Gerbang Majapahit di Pati, Jawa Tengah. (Foursquare)

Solopos.com, PATI — Pintu Gerbang Majapahit yang ada di Dukuh Randhole, Desa Muktiharjo, Kecamatan Margorejo, Kabupaten Pati, Jawa Tengah ini adalah salah satu peninggalan kerajaan adikuasa pada masa peradaban Hindu-Budha di Nusantara. Meskipun keontentikannya masih dipertanyakan, namun kawasan tersebut telah dikenal sebagai peninggalan sejarah dan destinasi wisata.

Berdasarkan penelusuran Solopos.com, Rabu (16/3/2022), pintu gerbang ini menyuguhkan seni peradaban yang tinggi dari sisi ukiran kayunya, dan juga nilai edukasi serta keteladanan dari kisah di baliknya.

Advertisement

Dari sisi material dan ukirannya, Pintu Gerbang Majapahit di Pati ini terbuat dari kayu jati murni yang menggambarkan kejayaan Kerajaan Majapahit sebagai pusat Nusantara pada masa peradaban Hindu-Budha. Karakteristik kayu jati yang dikenal sebagai material yang kokoh terlihat dari desain pintu gerbang yang masih berdiri hingga sekarang.

Baca juga: Soimah Pancawati, Artis Top dari Muria Raya

Advertisement

Baca juga: Soimah Pancawati, Artis Top dari Muria Raya

Perang Perebutan Pintu Gerbang Majapahit

Sedangkan dari sisi kisah di baliknya, pintu gerbang ini sebenarnya sempat menjadi rebutan antara Raden Bambang Kebonyabrang dengan dengan Raden Ronggo. Saat itu, Raden Ronggo juga hendak memburu Pintu Gerbang Majapahit di Pati sebagai syarat untuk mempersunting putri dari Sunan Ngerang yang bernama Roro Pujiwat.

Roro Pujiwat bersedia dipersunting oleh Raden Ronggo jika pintu gerbang tersebut sudah diambil. Namun saat hendak mengambil pintu gerbang tersebut, Raden Bambang Kebonyabrang sudah terlebih dahulu mengambilnya sebagai bentuk syarat  kepada Sunan Muria agar diakui sebagai putranya.

Advertisement

Baca juga: Ganjar Pranowo: Jawa Tengah Pusatnya Bumi

Singkatnya, Sunan Muria turun gunung dan berkata “Wes le pada lerena sak kloron padha bandhole (sudah nak, jangan berperang lagi dan obati luka kalian). Keduanya lalu berhenti melakukan peperangan dan kemudian tempat tersebut dinamakan Dukuh Randhole yang berasal dari perkataan Sunan Muria, “Sak Kloron Padha Bandhole” yang kini menjadi lokasi  tempat berdirinya Pintu Gerbang Majapahit “di Pati tersebut.

Selepas itu, Sunan Muria mengakui bahwa Raden Bambang Kebonyabrang adalah putranya. Dan beliau menyuruh anaknya tersebut untuk menjaga pintu gerbang hingga akhirnya meninggal. Dari kisah tersebut memberikan pesan bahwa peperangan dalam perebutan hak milik tidak akan ada akhirnya, sehingga jalur perdamaian harus tetap ditegakan.

Advertisement

Ditetapkan Sebagai Cagar Budaya

Selain itu, kisah di balik Pintu Gerbang Majapahit itu juga menggambarkan jiwa ksatria dan tanggung jawab yang tinggi terhadap sebuah amanah. Berdasarkan informasi dari sang juru kunci, Raden Bambang Kebonyabrang ini memiliki jiwa sengguh ora mingkuh, sebuah istilah dari Sri Sultan Hemengkubuwono I yang kerap diartikan sebagai sebuah rasa percaya diri namun tetap rendah hati (sengguh), tanpa pernah lari dari tanggung jawab (ora mingkuh)

Baca juga: Inilah Bukti Kesaktian Ramalan Jayabaya

Kepala Dinas Kebudayaan Kabupaten Sleman, Aji Wulantara menuturkan bahwa makna dari istilah yang menggambarkan kisah Raden Bambang Kebonyabrang ini harus menjadi sebuah semangat yang diimplementasikan dalam dunia kerja.

Advertisement

Saat ini, Pintu Gerbang Majapahit ini sudah ditetapkan sebagai Cagar Budaya oleh Pemerintah Kabupaten Pati. Dalam hal ini, Kepala Seksi Cagar Budaya dan Tradisi Sejarah Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kabupaten Pati, Trevita Puspita Hadi menekankan bahwa Pintu Gerbang Majapahit ini adalah aset sejarah yang dimiliki bangsa Indonesia.

Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif