Jateng
Kamis, 18 Agustus 2016 - 11:50 WIB

KISAH INSPIRATIF : Pencari Rumput Asal Semarang Ini Wujudkan Mimpi Naik Haji

Redaksi Solopos.com  /  Rahmat Wibisono  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Mutaji, 58, warga Kampung Kliwonan Nomor 23 RT 003/RW 007, Tambakhaji, Ngaliyan, Semarang, tengah memberi makan sapi milik tetangganya, Rabu (17/8/2016). Mutaji yang sehari-hari berprofesi sebagai pencari rumput untuk ternak sapi tahun ini berhasil berangkat ke Tanah Suci untuk menunaikan ibadah haji. (Imam Yuda Saputra/JIBI/Semarangpos.com)

Kisah inspiratif kali ini datang dari Semarang, di mana seorang pria setengah baya yang berprofesi sebagai tukang pencari rumput bisa pergi ke Tanah Suci untuk menunaikan ibadah haji bersama sang istri.


Mutaji, 58, warga Kampung Kliwonan Nomor 23 RT 003/RW 007, Tambakhaji, Ngaliyan, Semarang, tengah memberi makan sapi milik tetangganya, Rabu (17/8/2016). Mutaji yang sehari-hari berprofesi sebagai pencari rumput untuk ternak sapi tahun ini berhasil berangkat ke Tanah Suci untuk menunaikan ibadah haji. (Imam Yuda Saputra/JIBI/Semarangpos.com)

Advertisement

Semarangpos.com, SEMARANG – Man Jadda Wa Jadda. Pepatah Arab yang berarti “Siapa bersungguh-sungguh, pasti akan berhasilsepertinya layak disematkan kepada Mutaji, warga Kampung Kliwonan No. 23 RT 003/RW 007, Tambakhaji, Ngaliyan, Kota Semarang.

Betapa tidak? Berkat kerja kerasnya sebagai pencari rumput, pria berusia 58 tahun itu mampu mewujudkan mimpinya untuk berangkat ke Tanah Suci, Mekah, menjalankan ibadah haji bersama istrinya, Munawaroh, 57. Mutaji bersama istrinya pun akan menunaikan ibadah haji tahun 2016 ini. Ia direncanakan berangkat 2 September 2016 dan bergabung di kelompok terbang (kloter) 68.

Advertisement

Betapa tidak? Berkat kerja kerasnya sebagai pencari rumput, pria berusia 58 tahun itu mampu mewujudkan mimpinya untuk berangkat ke Tanah Suci, Mekah, menjalankan ibadah haji bersama istrinya, Munawaroh, 57. Mutaji bersama istrinya pun akan menunaikan ibadah haji tahun 2016 ini. Ia direncanakan berangkat 2 September 2016 dan bergabung di kelompok terbang (kloter) 68.

Sebelumnya, Mutaji maupun Munawaroh memang tak pernah menyangka bisa berkunjung ke Baitulah. Maklum saja pasangan suami-istri ini tergolong orang yang berada. Mutaji hanya berprofesi sebagai pencari rumput. Sementara, istrinya membantu perekonomian keluarga dengan usaha sebagai penjahit.

“Sebelumnya memang enggak pernah menyangka. Tapi, memang keinginan untuk menunaikan ibadah haji sudah diniati bapak [Mutaji] sejak lama. Oleh karenanya, sejak lama bapak memang gemar menabung. Ia menyisihkan sebagian penghasilannya untuk ditabung dan digunakan berangkat ke Tanah Suci,” cerita Munawaroh saat disambangi Semarangpos.com di rumahnya, Rabu (17/8/2016).

Advertisement

Dari situlah usahanya berbuah hasil. Sapi-sapi yang ia rawat dan dikasih pakan dari rumput hasil kerjanya, dijual oleh pemiliknya. Kemudian, hasil penjualan itu pun dibagi dua antara Mutaji dengan si pemilik sapi. “Biasanya enam bulan sapi-sapi itu saya rawat. Menjelang Idul Adha, sapi-sapi itu laku dan hasil penjualannya dibagi dua. Dari hasil itu, sebagian saya sisihkan untuk membeli sapi sendiri,” ujar pria yang akrab disapa Pak Taji itu.

Lambat laun, sapi yang dibeli dari hasil jerih payahnya semakin berkembang. Hingga akhirnya pada tahun 2010, Sutaji mampu memiliki lima ekor sapi. Kelima ekor sapi itu pun menjadi modal awalnya untuk berangkat naik haji. Kelima ekor sapi itu dijual dan hasilnya untuk mendaftarkan dirinya dan sang istri berangkat ke Tanah Suci pada 2016 ini.

“Waktu itu sapi itu semuanya saya jual dengan harga Rp54 juta. Terus saya gunakan untuk biaya pendaftaran [haji] berdua Rp50 juta. Nah, masih sisa Rp4 juta, saya gunakan untuk modal membayar angsuran kekurangan,” imbuh pria yang memiliki tiga orang anak yang seluruhnya sudah berkeluarga itu.

Advertisement

Meski jerih payahnya sebagai pencari rumput sebagian besar digunakan untuk ongkos naik haji, Mutaji mengaku tidak pernah kerepotan dalam mencukupi kebutuhan keluarganya. Istrinya yang berprofesi sebagai penjahit mampu memenuhi biaya hidup ketiga anaknya hingga lulus kuliah dan menikah.

“Kalau makan dan biaya kebutuhan anak, biasanya memang bapak mengandalkan hasil dari usaha saya sebagai penjahit. Kebetulan, memang bapak sudah meminta saya sejak lama kalau hasil cari rumputnya mau digunakan untuk ongkos naik haji,” sambung Munawaroh.

Munaworah menambahkan dirinya merasa terharu dengan keberhasilan suaminya yang bisa memberangkatkan dirinya ke Tanah Suci. Ia juga merasa bangga dengan ketiga anaknya yang turut membantu segala persiapan mereka untuk ke Mekah.

Advertisement

“Allah maha baik. Meski sudah mendaftar naik haji, kami juga masih mengadakan syukuran. Kebetulan untuk syukuran dibiayai oleh anak-anak,” imbuh Munawaroh.

 

KLIK dan LIKE di sini untuk lebih banyak berita Semarang Raya

Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif