SOLOPOS.COM - Kondisi masjid Al Fudhola, Kelurahan Tingkir Lor, Tingkir, Salatiga yang diperkirakan sudah berusia 170 tahun. (Solopos.com/Hawin Alaina)

Solopos.com, SALATIGA — Berusia 1.272 tahun, Salatiga dikenal sebagai salah satu kota tertua di Indonesia. Salatiga juga menjadi saksi jejak penyebaran agama Islam di Pulau Jawa, terutama saat masa kolonial Belanda.

Salah satu peninggalan jejak penyebaran agama Islam di Salatiga adalah Masjid Al Fudhola. Masjid yang terletak di Kelurahan Tingkir Lor, Kecamatan Tingkir, Kota Salatiga, ini telah berusia sekitar 170 tahun.

Promosi BRI Pastikan Video Uang Hilang Efek Pemilu untuk Bansos adalah Hoaks

Konon Masjid Al Fudhola ini merupakan peninggalan para pejuang atau prajurit Pangeran Diponegoro saat masa Perang Jawa itu masih berdiri kukuh hingga kini.

Tokoh masyarakat Tingkir Lor, Sadzali Marjan, menyebut masjid Al Fudhola itu dibangun oleh Kiai Abdan, yang merupakan teman seperjuangan Kiai Abdul Wahid saat perang Jawa. Diperkirakan Masjid Al Fudhola dibangun sekitar tahun 1850-an.

“Sekarang usianya kisaran 170 tahun. Hal itu bisa dilihat dari pembuatan mimbar yang bertuliskan 1334 Hijriah. Antara masjid dan mimbarnya duluan masjid kan bangunnya mesti,” ungkap Marjan saat ditemui Solopos.com di Masjid Al Fudhola, Jumat (24/3/2023).

Diakui Marjan sampai saat ini bangunan yang masih dipertahankan adalah empat saka guru (tiang utama bangunan), mimbar khotbah, tiga buah pintu, dan lantai yang masih berupa batu alam.

“Sebenarnya yang menentukan itu masjid kuno adalah batunya. Karena mungkin di Salatiga atau bahkan di Jawa, masjid yang berlantai batu saya kira hanya di sini. Itu masih asli,” terang dia.

Selain itu, di depan Masjid Al Fudhola juga terdapat pohon sawo yang kemungkinan sudah berusia ratusan tahun. Pohon sawo ini kata Marjan, juga sebagai penanda anggota pasukan Pangeran Diponegoro pada perang Jawa.

Marjan membeberkan latar belakang pembangunan masjid Al Fudhola itu karena perkembangan umat Islam di Tingkir Lor meningkat. Akhirnya, Kiai Abdan berinisiatif untuk mengubah musala kecil yang sudah ada menjadi dengan ukuran lebih besar.

“Dulunya namanya hanya masjid. Kemudian disini disebut masjid Kauman begitu. Itu yang membangun adalah prakarsa Mbah Kiai Abdan dan tokoh-tokoh sekitar Tingkir Lor,” ungkap Marjan

Meskipun telah mengalami beberapa kali renovasi, ciri khas kuno Masjid Al Fudhola sampai sekarang tetap dipertahankan. “Takmir masjid memiliki prinsip, akan dilestarikan kekunoannya. Karena di Tingkir Lor ini desa wisata religi,” ungkapnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya