Jateng
Rabu, 18 Oktober 2023 - 17:24 WIB

Kisah Misteri Petani Pegunungan Kendeng: Panen Lenyap dalam Semalam!

Ginanjar Saputra  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Ilustrasi tikus. (Freepik)

Solopos.com, SOLO – Pegunungan Kendeng di pesisir utara Jawa Tengah ternyata menyimpan kisah misteri yang cukup membuat bulu kuduk merinding. Kali ini, petani di wilayah Pegunungan Kendeng menjadi saksi sekaligus korban dari kejadian janggal yang tak bisa dinalar dengan akal sehat.

Salah satu petani di Desa Baleadi, Kecamatan Sukolilo, Kabupaten, Pati, Jawa Tengah, yakni Sutrisno, berkisah para petani di desanya gagal panen pada 2022 lalu. Gagal panen itu diduga akibat kejadian aneh yang sulit diterima akal sehat.

Advertisement

Pada 2022 silam, lahan-lahan milik petani di Pegunungan Kendeng, khususnya di Sukolilo, diserang hama tikus. Namun menurut cerita yang dipaparkan Sutrisno, kelompok tikus itu seperti gerombolan makhluk gaib yang kebetulan bisa dilihat manusia.

“Tahun kemarin [2022] ada tikus bergerombol menyerang tanaman jagung. Jagung yang sudah mau dibeli orang bahkan tidak jadi dipanen karena sudah habis dimakan tikus. Kemungkinan mistis ya,” ungkap Sutrisno kepada Solopos.com, Jumat (22/9/2023) malam.

Menurut Sutrisno, jumlah tikus yang menyerang lahan petani di lereng Pegunungan Kendeng itu sangat banyak dan tidak masuk akal. Bahkan, tikus-tikus itu mampu menghabiskan jagung di satu petak sawah hanya dalam waktu semalam.

Advertisement

“Ini tikusnya enggak takut manusia. Satu petak habis semalam. Tinggal janggel [tongkol jagung] tok. Tikus-tikus itu kayak migrasi. Terlalu banyak,” papar pria 36 tahun tersebut.

Sutrisno menduga tikus-tikus itu adalah serangan dari alam gaib karena ia dan para petani di lereng Pegunungan Kendeng tak mengetahui asal dan tujuan perginya para tikus setelah menghabisi jagung.

Sedekah Bumi

Advertisement

Di sisi lain, para petani di wilayah tersebut memang masih mempercayai harus melakukan sedekah Bumi agar lahan yang mereka tanami tetap memberikan hasil terbaik.

Dalam kondisi apa pun, petani di lereng Pegunungan Kendeng, khusunya di Sukolilo, harus menggelar sedekah Bumi minimal sekali dalam setahun.

“Sedekah bumi selalu ada meski hanya sesederhana mungkin,” pungkas Sutrisno.

Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif