SOLOPOS.COM - Kondisi Setya Aji Flower Farm, wisata kebun bunga yang semakin layu bahkan tutup imbas pandemi Covid-19, Kamis (8/6/2023). (Solopos.com/Hawin Alaina)

Solopos.com, SEMARANG — Sempat menjadi jujugan wisata, saat ini kondisi wisata bunga di Kecamatan Bandungan, Kabupaten Semarang semakin layu. Hal itu imbas dari pandemi Covid-19 yang sempat melanda beberapa tahun lalu.

Salah satu yang mengalami dampak itu adalah Taman Bunga Setya Aji Flower Farm dan Kampung Krisan Clapar yang semakin sepi pengunjung dan terpaksa tutup.

Promosi Safari Ramadan BUMN 2024 di Jateng dan Sulsel, BRI Gelar Pasar Murah

Padahal tempat wisata tersebut sebelum pandemi Covid-19, sempat ramai dikunjungi wisatawan. Mereka bisa ber-swafoto dengan latar bunga berwarna-warni.

Setya Aji Flower Farm sendiri dimiliki secara kolektif oleh para petani bunga Desa Jetis, Kecamatan Bandungan, Kabupaten Semarang.

Salah seorang petani bunga krisan asal Desa Jetis, Sunarno, mengatakan tempat wisata Setya Aji Flower Farm mulai sepi pengunjung sejak awal pandemi Covid-19. Banyak lahan tak terawat, padahal semula menjadi spot foto dengan bunga krisan menarik.

“Kalau lahan ini kan milik pribadi, jadi tergantung warga yang punya. Ingin menanami kembali atau tak terawat,” ungkapnya kepada Solopos.com, Kamis (8/6/2023).

Sunarno mengaku dirinya sudah mulai menjadi petani bunga krisan sejak 2000-an. Saat itu belum terbentuk wisata Setya Aji Flower Farm.

Menurutnya ada dua penyebab vakumnya wisata yang satu ini. Pertama, terdapat perbaikan akses menuju wisata. Setelah perbaikan itu rampung, pandemi Covid-19 mulai datang. Sehingga pengunjung menjadi sepi.

Sekarang, lahan-lahan yang dulunya menjadi wisata bunga masih dimanfaatkan oleh para petani menanam bunga krisan. Walaupun wisata saat ini tutup, namun bertani masih dilakukan.

“Ya soalnya saya juga petani awalnya, sudah sejak dulu sebelum ada wisata,” katanya.

Selain bunga krisan, ada beberapa tanaman bunga yang ditanam warga sekitar. Mayoritas lahan yang merupakan tanah desa ini ditanami bunga krisan.

Menurut Sunarno, selain Desa Jetis ada beberapa wilayah yang memiliki lahan untuk bunga krisan seperti Dusun Clapar, Desa Duren, Kecamatan Bandungan. Hal itu juga ada di daerah Sumowono.

Seorang petani bunga asal Desa Jetis, Triyani, mengaku dirinya lebih memilih bertani kemudian menjual bunga krisannya setelah wisata taman bunga itu tutup.

“Ya sekarang bunganya dijual di pasar saja. Soalnya sudah tidak ada lagi pengunjung,” terangnya.

Saat ini harga bunga krisan di pasaran bisa mencapai Rp35.000 per ikat. Biasanya digunakan untuk dekorasi yang memerlukan peranan bunga.

Dia masih berharap wisata taman bunga bisa kembali aktif dan dikunjungi oleh para wisatawan. Sebab, jika wisata tersebut kembali beroperasi, roda perekonomian masyarakat juga bisa bergerak.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya