SOLOPOS.COM - Kesenian Ebeg Purbalingga. (Istimewa/blog.unnes.ac.id)

Solopos.com, PURBALINGGA — Kedung Legok merupakan nama salah satu desa di Kecamatan Kemangkon, Purbalingga, Jawa Tengah. Desa ini berada di daerah paling selatan Kabupaten Purbalingga.

Kedung Legok berbatasan langsung dengan Kabupaten Banjarnegara dan terdapat Sungai Serayu sebagai batas wilayahnya. Dengan kondisi alam yang mendukung, Desa Kedung Legok juga termasuk desa yang kaya akan sumber daya alamnya.

Promosi Desa BRILiaN 2024 Resmi Diluncurkan, Yuk Cek Syarat dan Ketentuannya

Selain alamnya, Desa Kedung Legok juga mempunyai mitos yang dipercaya merupakan warisan nenek moyang mereka. Di desa ini melarang masyarakatnya untuk memelihara jaran atau kuda dan juga dilarang mengadakan pertunjukan ebeg atau kuda lumping. Barang siapa yang melanggar, dipercaya setelah itu akan mendapatkan bahaya untuk dirinya sendiri.

Dilansir dari jurnal Legenda Asal Usul Nama-nama Desa di Kecamatan Kemangkon Kabupaten Purbalingga oleh Dwi Noviyanti, larangan tersebut bermula dari cerita legenda Desa Kedung Legok. Berawal dari zaman dahulu ada seorang putri bernama Putri Puspasari dari Kerajaan Majapahit yang sedang menaiki kudanya melintas daerah yang banyak lubang dan air.

Lantaran jalan berlubang itu, kuda yang dikendarainya terperosok ke dalam sebuah lubang dekat dengan kedhung atau kolam yang lumayan dalam. Akhirnya putri bersama dengan kudanya meninggal di tempat itu.

Dari cerita tersebut maka oleh masyarakat sekitar dijadikan sebagai nama desa yaitu Desa Kedung Legok. Sejak kejadian tersebut, masyarakat meyakini kalau ada yang berkaitan dengan kuda, nantinya akan membahayakan diri mereka sendiri.

Percaya atau tidak percaya, banyak kejadian petaka yang menimpa orang yang melanggar kepercayaan tersebut. Dahulu, pernah ada seseorang dari luar Desa Kedung Legok menaiki kuda dan akan melintas ke desa ini. Ia tidak mengetahui adanya larangan tersebut.

Pada saat akan memasuki wilayah ini sang kuda mbegod (menolak) dan meringkik ketakutan. Lalu sang pemilik pun tanpa pikir panjang turun dari kudanya dan dia membawa sang kuda untuk lewat melalui jalan lain.

Pernah juga ada warga Desa Kedung Legok yang nekat tetap memelihara kuda karena menurutnya semua kejadian terdahulu itu hanya mitos belaka. Tetapi setelah selang beberapa pekan kuda itu berada di rumahnya, akhirnya orang tersebut meninggal dunia.

Padahal awalnya beliau tidak memiliki penyakit kronis apapun. Setelah dicari tahu penyebabnya ternyata orang tersebut meninggal karena kuda yang dia pelihara menimbulkan malapetaka baginya.

Bahkan ada juga yang hanya memiliki barang yang berkaitan dengan kuda turut terkena kutukan mitos tersebut. Ada sebuah cerita dari para remaja di Desa Kedung Legok yang katanya dia suka dengan kuda.

Sampai suatu hari dia membeli hiasan bergambarkan kuda yang dipasang di dinding rumahnya. Tidak lama kemudian, kehidupan di dalam rumah itu jadi tidak harmonis lagi seperti sedia kala.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya