SOLOPOS.COM - Ilustrasi inflasi (JIBI/Solopos/Antara)

Kondisi ekonomi menurut Bank Indonesia (BI) berupa meningkatnya risiko tekanan harga komoditas.

Kanalsemarang.com, SEMARANG– Bank Indonesia (BI) Kantor Perwakilan Wilayah V Jawa Tengah-DIY memperkirakan risiko tekanan harga di Jateng akan meningkat pada bulan September.

Promosi Waspada Penipuan Online, Simak Tips Aman Bertransaksi Perbankan saat Lebaran

“Peningkatan tersebut terutama berasal dari komoditas-komoditas volatile foods atau kebutuhan pokok yang terkait dengan musim kemarau dan ekspektasi masyarakat menjelang Idul Adha,” kata Kepala BI Kanwil V Jateng-DIY Iskandar Simorangkir di Semarang, Senin (14/9/2015).

Beberapa komoditas tersebut di antaranya beras, bumbu-bumbuan, dan daging sapi. Untuk harga beras diprediksi akan mengalami peningkatan, terutama beras jenis medium yang banyak dikonsumsi masyarakat.

“Hal ini disebabkan oleh mulai berkurangnya pasokan beras dari sejumlah sentra penghasil beras seperti Demak dan Kendal,” katanya.

Untuk peningkatan harga beras diprediksi akan terjadi hingga akhir tahun 2015. Dinas Pengelolaan Sumber Daya Air (PSDA) memperkirakan mundurnya musim tanam akibat kemarau akan menyebabkan peningkatan harga beras yang masih akan berlanjut hingga awal panen raya pada April 2016.

“Untuk daging sapi diprediksi juga akan mengalami peningkatan harga menjelang Hari Raya Idul Adha dalam level yang terbatas. Hal tersebut dikarenakan pedagang mengantisipasi kenaikan permintaan dengan menambah jumlah pasokan,” katanya.

Selain itu, terdapat pula risiko eksternal yang berasal dari apreasiasi dolar Amerika Serikat (AS) sehingga dapat berdampak pada pembentukan harga komoditas “administered prices”.

Mencermati berbagai risiko tersebut, BI akan terus memperkuat koordinasi pengendalian inflasi melalui Tim Pengendalian Inflasi Daerah (TPID).

Koordinasi dilakukan utamanya melalui penjagaan pasokan untuk mengantisipasi kenaikan harga bahan makanan di tengah musim kemarau panjang. Selain itu, penyampaian informasi harga melalui sistem informasi harga dan produksi komoditi (sihati) juga turut berperan dalam rangka menjaga ekspektasi masyarakat.

Sebelumnya, Provinsi Jawa Tengah pada Agustus 2015 mengalami inflasi sebesar 0,29 persen. Level tersebut jauh lebih rendah dibandingkan dengan bulan sebelumnya yang tercatat sebesar 0,92 persen.

Perlambatan tersebut terutama disebabkan oleh normalisasi harga pascalebaran. Komoditas yang mengalami penurunan harga terbesar ialah angkutan udara, bawang merah, angkutan antarkota, tarif kereta api, dan angkutan dalam kota.

Untuk inflasi terendah terjadi di Kota Purwokerto sebesar 0,13 persen dan tertinggi terjadi di Kota Kudus sebesar 0,60 persen.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya