Jateng
Jumat, 2 Oktober 2015 - 10:50 WIB

KONDISI EKONOMI : BPS: Penurunan Harga Bahan Makan Picu Deflasi Jateng

Redaksi Solopos.com  /  Anik Sulistyawati  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Ilustrasi aktivitas pasar penyedia pangan masyarakat. (JIBI/Solopo/Dok.)

Kondisi ekonomi makro Jateng mengalami deflasi sebesar 0,15 persen.

Kanalsemarang.com, SEMARANG – Penurunan harga sejumlah komoditas bahan makanan memicu deflasi Jawa Tengah sebesar 0,15 persen dengan indeks harga konsumen (IHK) sebesar 120,42 di bulan September.

Advertisement

“Deflasi ini disebabkan oleh penurunan harga, ditunjukkan dengan terjadinya penurunan indeks pada kelompok bahan makanan sebesar 1,61 persen,” kata Kepala Bidang Statistik Distribusi Badan Pusat Statistik (BPS) Jateng Jam Jam Zamachsyari di Semarang, Kamis (1/10/2015).

Selain itu, terjadi pula penurunan indeks pada kelompok transportasi, komunikasi, dan jasa keuangan sebesar 0,14 persen.

“Untuk kelompok bahan makanan sebagian juga mengalami penurunan harga salah satunya cabai. Secara keseluruhan jenis cabai, rata-rata penurunannya antara 15-20 persen,” katanya.

Advertisement

Berdasarkan catatan BPS Jateng, deflasi tertinggi terjadi di Kota Surakarta sebesar 0,45 persen dengan IHK sebesar 117,97, diikuti Kota Semarang sebesar 0,18 persen dengan IHK 120,46, Kota Tegal sebesar 0,14 persen dengan IHK 117,53, dan Kota Purwokerto sebesar 0,02 persen dengan IHK sebesar 119,00.

Sementara itu, untuk beberapa kota survei biaya hidup (SBH) lain mengalami inflasi yaitu Kota Kudus sebesar 0,28 persen dengan IHK sebesar 126,93 dan Kota Cilacap sebesar 0,06 persen dengan IHK 123,42.

Jam jam mengatakan beberapa pemicu terjadinya inflasi di antaranya kenaikan harga yang ditunjukkan pada kelompok pendidikan, rekreasi, dan olahraga sebesar 1,10 persen, kelompok sandang sebesar 0,42 persen, kelompok makanan jadi, minuman, rokok, dan tembakau sebesar 0,36 persen, dan kelompok kesehatan sebesar 0,27 persen.

Advertisement

“Untuk komoditas beras juga mengalami kenaikan harga tetapi tidak signifikan yaitu antara 1,4-2 persen. Meski demikian, kenaikan tersebut cukup berpengaruh terhadap inflasi,” katanya.

Ke depan, pihaknya berharap agar Pemerintah setempat memastikan kelancaran distribusi setiap komoditas terutama yang masuk dalam “volatile foods” atau kelompok yang berpengaruh besar terhadap terjadinya inflasi salah satunya beras.

“Sejauh distribusi berjalan lancar, maka tidak akan berpengaruh terhadap kenaikan harga,” katanya.

Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif