SOLOPOS.COM - Ilustrasi pembuatan tempe (JIBI/Harian Jogja/Bisnis Indonesia)

Kondisi ekonomi yang lesu mengakibatkan sedikitnya 100 pengrajin tempe di Temanggung tak lagi berproduksi.

Kanalsemarang.com, TEMANGGUNG-Sedikitnya 100 pengrajin tempe anggota Koperasi Tahu Tempe Indonesia (Kopti) Kabupaten Temanggung, Jawa Tengah, berhenti berproduksi menyusul kenaikan harga kedelai impor akhir-akhir ini.

Promosi BRI Borong 12 Penghargaan 13th Infobank-Isentia Digital Brand Recognition 2024

Ketua Kopti Temanggung Sunaryo, di Temanggung, Kamis (3/9/2015), mengatakan industri tahu dan tempe tergantung pada kedelai impor dari Amerika Serikat, dengan melemahnya nilai rupiah terhadap Dolar AS maka harga kedelai juga naik.

“Lebih dari 100 anggota Kopti Temanggung yang kebanyakan perajin tempe sudah tidak berproduksi lagi. Bagaimana usaha bisa jalan, kami membeli kedelai dengan harga standar dolar, tetapi hasil produksi dijual dengan rupiah yang melemah, tentu kami mengalami kerugian,” katanya.

Ia menuturkan sebelum kurs satu dolar AS tembus Rp14.000, pihaknya membeli kedelai dengan harga Rp8.000 per kilogram, padahal saat ini harga kedelai terus naik. Ia mengatakan pada kondisi normal usaha pembuatan tempe miliknya membutuhkan kedelai sebanyak satu kuintal per hari.

“Sekarang saya berhenti memproduksi tempe, menunggu harga kedelai turun,” katanya.

Ia mengakui memang ada beberapa pengrajin tempe yang masih berproduksi, namun mereka tidak mengambil kedelai dari Kopti karena Kopti tidak lagi melakukan pengadaan kedelai.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya