SOLOPOS.COM - Suasana belajar di laboratorium komputer Semesta Bilingual Boarding School yang dalam situs resmi sekolah itu digambarkan diampu pengajar asing. (semestaschool.sch.id)

Kudeta Turki membuat para guru asing di sekolah-sekolah yang dianggap pemerintah Turki berhubungan dengan organisasi pimpinan Fethullah Gulen, salah satunya Semesta Bilingual Boarding School, pindah kewarganegaraan.

Logo Lembaga Pendidikan Semesta (semestaschool.sch.id)

Logo Lembaga Pendidikan Semesta (semestaschool.sch.id)

Promosi BRI Group Berangkatkan 12.173 Orang Mudik Asyik Bersama BUMN 2024

Semarangpos.com, SEMARANG — Tudingan Pemerintah Turki terhadap sembilan sekolah di Tanah Air terlibat dengan terorisme yang dilakukan organisasi dalang kudeta pimpinan ulama Fethullah Gulen, 15 Juli 2016 lalu, berbuntut panjang. Para guru di sekolah-sekolah itu, terutama yang berkewarganegaraan Turki menjadi khawatir.

Mereka takut dianggap terlibat dengan organisasi pimpinan ulama Fethullah Gulen, yang oleh pemerintah Turki, dianggap sebagai teroris dalang kudeta. Alhasil, para guru ini pun berencana pindah kewarganegaraan Indonesia, salah satunya yang terjadi di Semesta Bilingual Boarding School (BBS) Semarang.

Pejabat hubungan masyarakat (humas) Semesta BBS Semarang, Nur Rochim, mengaku saat ini ada enam tenaga pengajar dari Turki yang bekerja di sekolah itu. Satu dari enam guru asal Turki itu bahkan sudah beralih kewarganegaraan menjadi warga negara Indonesia (WNI) karena menikah dengan warga Indonesia.

“Sementara, sisanya saat ini tengah berencana pindah kewarganegaraan. Ada kekhawatiran dari mereka jika tidak pindah, izinnya untuk menetap di Indonesia tidak bisa diperpanjang karena harus mendapat persetujuan dari pemerintah Turki,” ujar Nur Rochim saat berbincang-bincang dengan Semarangpos.com di Sekolah Semesta Semarang, Selasa (2/8/2016) sore.

Sementara itu, Kepala Semesta Bilingual Boarding School Semarang, M. Harris, mengaku selama ini kemampuan keenam guru asal Turki itu sebagai pengajar sangat bagus. Oleh karenanya sangat disayangkan jika nantinya keenam guru itu tidak bisa kembali mengajar lantaran gejolak politik yang tengah terjadi di negara asal mereka.

“Keenam guru itu kompetensi mengajarnya cukup baik. Mereka mengajar mata pelajar Biologi, Sains, Kimia dan Bahasa Turki. Jadi kalau ke depan tidak bisa mengajar karena izin tinggal meereka tidak bisa diperpanjang jelas menjadi kerugian bagi siswa kami,” tutur Harris.

Harris menambahkan, di antara kelima guru yang masih berstatus warga negara Turki itu, tiga di antara mereka memiliki izin tinggal hingga Desember 2016 nanti. Sementara, izin tinggal dua guru lainnya sudah berakhir. “Mereka saat ini sedang mengurus perizinan itu di Kedutaan Besar Turki. Tapi, katanya agak dipersulit,” imbuh Harris.

Harris menjelaskan seandainya izin kelima guru asal Turki ini tak bisa diperpanjang, maka pihaknya akan mencari guru pengganti dengan kemampuan setara. Guru pengganti itu nantinya juga berasal dari Turki, namun sudah pindah kewarganegaraan menjadi penduduk negara lain. “Terutama untuk pelajaran bahasa Turki, yang saat ini menjadi mata pelajaran pilihan,” beber Harris.

 

KLIK dan LIKE di sini untuk lebih banyak berita Semarang Raya

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya