SOLOPOS.COM - Para peserta kegiatan The International Participatory Training Human Origins Heritage (HOH) Volume 6.0. saat mengikuti kegiatan. (Istimewa/UKSW)

Solopos.com, SALATIGA — Fakultas Interdisiplin (FId) Universitas Kristen Satya Wacana (UKSW) Salatiga kembali menggelar kegiatan The International Participatory Training Human Origins Heritage (HOH) Volume 6.0. Kegiatan yang telah kali keenam digelar ini berlangsung selama dua pekan dan berakhir Sabtu (20/5/2023).

Program HOH terselenggara hasil kerja sama antara UKSW, Museum National d’Histoire Naturelle Paris, Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN), National Geographic, Alliance Sorbonne University (ASU), dan Ambassade De France In Indonesia.

Dekan Fakultas Interdisiplin, Prof. Daniel Daud Kameo, S.E., M.A., Ph.D., menyambut positif kegiatan yang diikuti oleh 28 partisipan dari sembilan negara saat dijumpai dalam rangkaian HOH belum lama ini. Kesembilan negara tersebut yakni Indonesia, Prancis, Nepal, Afrika Selatan, Mexico, Turkmenistan, Jepang, Malaysia, dan United States of America (USA).

“Selamat datang di kampus UKSW, saya menerima kehadiran kalian secara resmi. Kegiatan ini diikuti oleh sembilan negara. Saya berharap melalui kegiatan ini kalian saling menghargai dan mengerti satu dengan yang lain,” kata Prof. Daniel Daud Kameo.

Senada, Wakil Rektor Bidang Riset, Inovasi, dan Kewirausahaan, Prof. Dr. Ir. Eko Sediyono, M. Kom., turut memberikan dukungan bagi para peserta sesaat sebelum turun ke lapangan.

“Dari seluruh peserta, sebanyak 17 orang adalah mahasiswa UKSW. Saya mendorong mahasiswa untuk melakukan aktivitas seperti ini lebih banyak lagi dengan harapan ke depan akan lebih banyak mahasiswa yang terlibat,” imbuhnya.

Koordinator kegiatan HOH Sih Natalia Sukmi, S.Sos., M.I.Kom., mengungkapkan kegiatan ini bertujuan memberi ruang diskursus untuk mahasiswa lintas disiplin dan bahkan lintas negara.

Disampaikannya, peserta didampingi supervisor dari berbagai ahli disiplin ilmu. Selain itu, kegiatan ini membahas sembilan disiplin ilmu antara lain biologi, tourism, development student dan archeology.

“Harapannya bahwa setelah mengikuti program ini mahasiswa dapat memahami issue secara langsung. Mereka akan dihadapkan dengan permasalahan secara nyata di masyarakat tentang warisan dunia. Selain itu, mereka dapat memberikan pemikiran secara ilmiah untuk mengatasi masalah yang ada,” terangnya.

Lebih lanjut disampaikan oleh dosen Program Studi (Prodi) Ilmu Komunikasi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Komunikasi (Fiskom), kegiatan HOH tahun ini kembali digelar secara offline setelah sempat dibuat online akibat pandemi Covid-19.

Selain itu dijelaskan Sih Natalia, kali ini peserta diberi kesempatan mengeksplorasi tiga tempat yakni Sangiran, Bumiayu, dan Semedo.

“Dari kegiatan ini juga kami ingin mahasiswa dapat belajar dari masyarakat lokal dan belajar secara ilmiah bersama profesor dari Indonesia maupun dari Perancis,” imbuhnya.

Rangkaian kegiatan HOH antara lain mengunjungi museum manusia purba, melakukan penelusuran di tempat penemuan fosil manusia purba, penelusuran tempat konservasi geologi dan melakukan interview pada masyarakat lokal. Disamping itu, para peserta melakukan diskusi, presentasi hingga mengikuti seminar.

Selain mengeksplorasi Sangiran, seluruh peserta dan supervisor melakukan live in, tinggal bersama masyarakat di Desa Dukuh Tengah, Kecamatan Bumiayu, Kabupaten Brebes. Masyarakat tampak gembira menyambut rombongan dengan tarian adat khas Dukuh Tengah.

Prof. Francois Semah dari Museum National d’Histoire Naturelle Paris, mengungkapkan kegiatan ini menghasilkan penelitian melalui diskusi tentang penemuan di lapangan serta melibatkan banyak bidang ilmu.

“Tujuan dari kegiatan ini tidak hanya memberikan pengetahuan tetapi untuk memberikan keterampilan dan kompetensi,” imbuhnya.

Wallex Rusting salah seorang mahasiswa Magister Sosiologi Agama (MSA) Fakultas Teologi UKSW yang mengikuti kegiatan ini mengungkapkan rasa gembira saat mengikuti kegiatan ini.

“Kegiatan ini dapat menambah wawasan dari perspektif studi yang berbeda. Selain itu, program ini juga dapat memperkuat network dengan individu dari disiplin studi yang lain dan dari negara yang lain dan dapat membuka ruang kerja sama internasional dan studi interdisipliner.” ungkap mahasiswa asal Malaysia ini.

Senada, Firkam salah seorang mahasiswa magister dari Museum National d’Histoire Naturelle Paris, menyampaikan rasa terima kasihnya atas pelaksanaan program karena memberikan berbagai manfaat, seperti tambahan wawasan hingga relasi.

“Saya belajar banyak terutama menambah banyak pengalaman, contohnya hidup di desa bersama masyarakat lokal. Program HOH sudah memberikan support segala aspek,” ungkap mahasiswa asal Nepal ini.

Rekomendasi
Berita Lainnya