Jateng
Kamis, 23 Juni 2016 - 13:50 WIB

KULINER SALATIGA : Jelang Lebaran 2016, Produsen Enting-Enting Gepuk Kewalahan

Redaksi Solopos.com  /  Rahmat Wibisono  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Pengelola usaha kuliner khas Salatiga enting-enting gepuk cap Klenteng & 2 Holo, Hidayatulloh (kanan) dan istrinya, Juwariyah (kiri). (Imam Yuda Saputra/JIBI/Semarangpos.com)

Kuliner Salatiga salah satunya adalah jajanan enting-enting gepuk.

Semarangpos.com, SALATIGA — Momentum Lebaran 2016 lazim dimanfaatkan para perantau untuk mudik atau pulang ke kampung halaman mereka di udik. Saat pulang ke udik itu, mereka umumnya tak lupa menyempatkan waktu mencari oleh-oleh khas daerah masing-masing.

Advertisement

Di Salatiga ada satu makanan atau jajanan khas yang sudah menjadi ikon kota ini, yakni enting-enting gepuk. Makanan yang terbuat dari kacang tanah, gula pasir, glukus, dan prambozen, ini pun acapkali menjadi buruan para pemudik saat momen Lebaran.

Oleh karenanya tak heran jika produsen enting-enting gepuk kebanjiran pesanan saat bulan Ramadan atau menjelang Lebaran. Seperti halnya yang dialami produsen enting-enting gepuk cap Klenteng & 2 Holo yang terletak di Jl. Abiyasa, Dukuh RT 009/RW 001, Kelurahan Dukuh Krajan, Kecamatan Sidomukti, Kota Salatiga.

Advertisement

Oleh karenanya tak heran jika produsen enting-enting gepuk kebanjiran pesanan saat bulan Ramadan atau menjelang Lebaran. Seperti halnya yang dialami produsen enting-enting gepuk cap Klenteng & 2 Holo yang terletak di Jl. Abiyasa, Dukuh RT 009/RW 001, Kelurahan Dukuh Krajan, Kecamatan Sidomukti, Kota Salatiga.

Menjelang Lebaran, produsen enting-enting gepuk yang pertama di Salatiga itu kebanjiran order hingga dua kali lipat dari biasanya sehingga kewalahan menenuhi pesanan. Jika pada hari-hari biasa, mereka hanya mendapat pesanan sekitar 60.000 pieces per hari, kini order itu bisa mencapai 120.000 pieces per hari.

Meski demikian, pemilik produsen enting-enting gepuk, Hidayatulloh, mengaku sulit memenuhi pesanan itu. Kondisi itu tak lain karena keterbatasan bahan pokok, kacang tanah, yang bisa diperoleh tempat usahanya.

Advertisement

Dua kali lipat
Hidayatulloh mengaku harga kacang tanah saat ini meningkat drastis di angka Rp23.500 per kilogram atau hampir dua kali lipat dari harga pada medio Februari lalu. Selain, harga yang naik kebutuhan akan kacang tanah saat ini juga mengalami peningkatan.

“Banyak dari masyarakat yang membeli kacang tanah untuk dibuat camilan saat Lebaran. Banyaknya permintaan ini, tentunya berpengaruh pada ketersediaan barang. Oleh karenanya, jangankan untuk menerima banyak pesanan, bisa memenuhi pesanan yang sudah ada saja bagus,” imbuh Hidayatulloh.

Istri Hidayatulloh, Juwariyah, mengaku untuk memenuhi pesanan setiap hari, tempat produksinya  membutuhkan 8-9 kuintal kacang tanah. Dengan kacang tanah sebanyak itu, pihaknya bisa membuat enting-enting gepuk hingga 60.000 pieces.

Advertisement

Satu pieces enting-enting gepuk yang sudah dibungkus dengan kertas khusus itu dijual dengan harga Rp550. “Biasanya kami jual dalam jumlah besar dengan menggunakan besek. Satu besek berisi 600 pieces enting-enting gepuk. Jualnya juga melalui toko-toko oleh-oleh di berbagai kota, mulai dari Semarang, Jogja, bahkan Jakarta,” beber Juwariyah.

Enting-enting gepung sebenarnya merupakan makanan tradisional Tionghoa. Kali pertama di Salatiga, makanan ini dipopulerkan Khoe Tjong Hok yang merupakan juru kunci Kelenteng Hok Tek Bio di Jl. Sukowati, Salatiga pada 1920 silam. Namun kini, enting-enting gepuk itu lebih dikenal sebagai kuliner khas kota yang layak dibanggakan para pemudik kala kembali ke tanah perantauan.

Advertisement

#gallery-1 { margin: auto; } #gallery-1 .gallery-item { float: left; margin-top: 10px; text-align: center; width: 33%; } #gallery-1 img { border: 2px solid #cfcfcf; } #gallery-1 .gallery-caption { margin-left: 0; } /* see gallery_shortcode() in wp-includes/media.php */

 

KLIK dan LIKE di sini untuk lebih banyak berita Semarang Raya

 

Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif