SOLOPOS.COM - Samin, penjual bubur kacang tanah (kanan), tengah melayani pembeli pada Festival Kuliner Lezaatnesia di Mal Sri Ratu, Semarang, Jumat (7/9/2017). (JIBI/Semarangpos.com/Imam Yuda S.)

Aneka masakan tempo dulu yang kini mulai jarang dijumpai tersaji dalam festival kuliner bertajuk Lezaatnesia di Mal Sri Ratu, Semarang.

Semarangpos.com, SEMARANG – Banyak kuliner khas Kota Semarang yang akhir-akhir ini jarang dijumpai di pasaran, seperti nasi glewo maupun bubur kacang tanah.

Promosi BRI Pastikan Video Uang Hilang Efek Pemilu untuk Bansos adalah Hoaks

Namun, kini warga di Kota Semarang bisa menikmati aneka kuliner itu dalam festival bertajuk Lezaatnesia yang digelar di Mal Sri Ratu, mulai Selasa – Minggu (5-10/9/2019).

Festival yang digelar komunitas Brotherfood Semarang ini menyajikan 60 jenis makanan yang mengundang selera. Selain makanan yang sulit ditemui di pasaran, festival ini juga menyajikan kuliner yang unik seperti smoked chicken yang membutuhkan waktu enam jam lebih untuk penyajian, nasi tempong, nasi bebek telur asing, sambal panggang, hingga babi asap.

“Ada 70 menu yang kami hidangkan di sini dan merupakan kombinasi hidangan lokal dan internasional. Menu-menu itu dijual di 60 stan dengan harga yang terjangkau,” ujar Ketua Panitia Lezaatnesia yang juga pendiri Brotherfood Semarang, Firdaus Adinegoro, saat dijumpai Semarangpos.com di Mal Sri Ratu, Selasa (5/9/2017).

kuliner semarang.

Smoked Chicken buatan Kedai Kemebul merupakan salah satu masakan yang disajikan dalam Festival Kuliner Lezaatnesia di Mal Sri Ratu, Semarang, Selasa-Minggu (5-10/9/2017). (JIBI/Semarangpos.com/Imam Y.S.)

Firdaus mengaku tidak mudah mengumpulkan para penjual masakan tempo dulu alias jadul itu dalam satu pameran. Selain harus merayu mereka untuk berjualan di festival itu, ia juga harus siap membayar kerugian jika makanan yang disajikan penjual makanan jadul itu tidak laku.

“Seperti penjual bubur kacang tanah itu. Semula dia enggak mau disuruh jualan di festival ini. Tapi, saya bujuk agar mau jualan di sini dan akhirnya mau,” ujar Firdaus.

Firdaus menyebutkan makanan jadul, seperti nasi glewo dan bubur kacang tanah yang dicampur dengan bubur kacang hijau, santan, dan dimakan dengan penganan khas Tionghoa, cakwe, itu saat ini memang jarang dijumpai oleh warga Semarang. Padahal, makanan itu sempat populer pada era 1970-an dan banyak dijual di kawasan permukiman etnik Tionghoa.

“Oleh karena itu, kami ingin memperkenalkan lagi makanan, seperti nasi glewo dan bubur kacang tanah kepada masyarakat luas. Seperti bubur kacang tanah saat ini jarang dijumpai di pasaran. Kalau pun ada bukan yang original dan kebanyakan hanya sebatas wedang kacang tanah,” ujar Firdaus.

Sementara itu, salah satu pengunjung, Dian Ade Fardianto, mengaku senang dengan menu-menu yang disajikan di Festival Kuliner Lezaatnesia di Mal Sri Ratu Semarang itu. Ia tak menyangka bisa menemukan menu yang beranekaragam dan jarang dijumpai di festival-festival kuliner lainnya.

“Tadi niatnya cuma datang menyantap makanan di festival kuliner. Kan biasanya kalau festival kuliner itu harganya murah-murah. Eh, enggak tahunya banyak menu yang unik dan belum pernah saya santap sebelumnya. Rasanya juga enak dan kaya rasa,” ujar pria asal Salatiga itu.

KLIK dan LIKE di sini untuk lebih banyak berita Semarang Raya

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya