Jateng
Kamis, 4 Februari 2016 - 15:50 WIB

KULINER SEMARANG : Ssst, Sebaiknya Umat Muslim Jangan ke Festival Makanan Ini

Redaksi Solopos.com  /  Anik Sulistyawati  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Pork Festival di Semarang (Imam Yuda Saputra/JIBI/Semarangpos)

Kuliner Semarang menyajikan berbagai masakan khas Negeri Tirai Bambu guna memeriahkan perayaan Tahun Baru Imlek 2567

Semarangpos.com, SEMARANG – Sebuah festival makanan yang mengkhususkan menyajikan olahan dari daging babi digelar di Sri Ratu Mall, Semarang. Penyelenggaraan festival masakan daging babi atau Pork Festival tersebut sempat mengundang kontroversi. Alasannya, festival yang digelar mulai 4-8 Februari itu dianggap tidak menghargai agama lain yang memiliki pantangan makan daging babi.

Advertisement

Kendati demikian, kondisi itu sepertinya menyurutkan pihak penyelenggara Pork Festival.

“Kenapa kami dilarang? Toh sudah jelas-jelas kami memasang logo dan tulisan daging babi di spanduknya. Jadi yang dilarang silahkan menjauh dan yang dihalalkan mari merapat. Jadi enggak ada yang menyalahi aturan. Toh izin penyelenggaraan dari kepolisian juga sudah kami kantongi,” ujar Ketua Panitia Pork Festival, Firdaus Adi Nugroho, saat dijumpai Semarangpos.com, di sela-sela festival kuliner itu, Kamis (4/2/2016).

Advertisement

“Kenapa kami dilarang? Toh sudah jelas-jelas kami memasang logo dan tulisan daging babi di spanduknya. Jadi yang dilarang silahkan menjauh dan yang dihalalkan mari merapat. Jadi enggak ada yang menyalahi aturan. Toh izin penyelenggaraan dari kepolisian juga sudah kami kantongi,” ujar Ketua Panitia Pork Festival, Firdaus Adi Nugroho, saat dijumpai Semarangpos.com, di sela-sela festival kuliner itu, Kamis (4/2/2016).

Adi yakin festival kuliner daging babinya itu bakal diterima oleh masyarakat Semarang. Terlebih lagi selama ini masyarakat Kota Lunpia itu dikenal memiliki toleransi yang tinggi.

“Selama ini yang saya tahu masyarakat Semarang toleransi beragamanya cukup tinggi. Antara keyakinan satu agama dengan agama lain tak pernah saling bersinggungan. Jadi saya yakin event ini akan berjalan sukses dan kami pun berencana akan menggelarnya secara rutin tiap tahun,” imbuh Daus.

Advertisement

“Perkiraan saya ada sekitar 150.000 warga Tionghoa yang bermukim di Semarang dan mayoritas mengonsumsi daging babi. Jadi saya rasa festival ini akan mengakomodasi selera mereka,” terang Daus.

Dia juga menjelaskan dalam festival itu ada sekitar 30-an masakan olahan dari daging babi yang disajikan oleh belasan pelaku kuliner. Masakan itu rata-rata jarang ditemukan di restoran-restoran resmi dan lebih banyak ditemukan di warung-warung kaki lima.

“Masakan seperti babi gongso, babi tim sayur asin dan kaki babi asam asin itu jarang ditemukan. Bahkan kadang bisa dinikmati setelah memesan lebih dulu atau made by order pesanan,” imbuh Daus.

Advertisement

Sementara itu, salah satu pengunjung Sri Ratu Mall, Risma, 31 tahun, mengaku tak mempermasalahkan dengan digelarnya festival kuliner daging babi itu. Ia menilai menikmati daging babi itu merupakan selera masing-masing individu.

“Saya seorang muslim dan tidak mengonsumsi daging babi. Tapi kalau ada yang mau makan itu hak mereka. Toh, di Sri Ratu Mall selain festival kuliner daging babi, juga di sisi utaranya juga banyak stand makanan yang bisa dikonsumsi umat muslim,” tutur Risma.

 

Advertisement

Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif