SOLOPOS.COM - Abraham Adonai, wisudawan berprestasi Program Studi Ilmu Hukum Fakultas Hukum UKSW Salatiga. (Istimewa)

Solopos.com, SALATIGA — Universitas Kristen Satya Wacana (UKSW) Salatiga menjadi kampus yang telah menerapkan kurikulum Talenta Merdeka.

Kurikulum tersebut tak hanya memfasilitasi mahasiswa berkembang pada bidang akademik. Berbekal kurikulum itu, UKSW memberikan ruang untuk menghasilkan talenta unggul dalam bentuk bervariasi sesuai dengan bakat dan minat mahasiswa.

Hal tersebut terlihat pada wisuda periode II tahun 2023 ini. UKSW telah memunculkan wisudawan berprestasi dalam bidang debat dan public speaking.

Dia adalah Abraham Adonai. Mahasiswa Prodi Ilmu Hukum Fakultas Hukum UKSW ini mengaku menyadari punya potensi di bidang penalaran setelah kuliah di UKSW.

“Tidak pernah terpikirkan oleh saya untuk menjadi debater atau public speaker. Berbagai kesempatan yang ditawarkan serta platform yang ternyata disediakan UKSW, dalam hal ini KBM atau semacam ekskul inilah yang membuat saya bisa berminat. Di sana, banyak orang support yang membuat saya bisa berkarya,” ungkap pemuda yang akrab disapa Abe ini kepada Solopos.com, Kamis (12/10/2023).

Meskipun baru menyadari potensi itu ketika di UKSW, sederet prestasi sudah ditorehkan mahasiswa asal Tangerang ini. Sebut saja, ia pernah meraih juara I Petra Collaboration Debate Championship 2021, juara I lomba master of ceremony Genbi Korkom Semarang Cup tahun 2022, dan juara I Fordimapelar Debate Competition by Brawijaya University 2022.

Menurutnya, perlombaan yang paling berkesan adalah BNA Law Debate Competition Februari 2022 lalu yang diselenggarakan secara online. Dalam kompetisi itu, dirinya kaget karena harus debat menggunakan bahasa Inggris. Sedangkan materi yang sudah disiapkan semuanya adalah bahasa Indonesia.

“Di kompetisi itu tiba-tiba juri meminta saya berdebat dengan bahasa Inggris, pertama kalinya dalam seluruh lomba yang saya ikuti. Padahal materi yang telah di siapkan full bahasa Indonesia. Untungnya, saya juga dilatih debat bahasa Inggris oleh pelatih saya sehingga saya bisa mengatasinya,” beber Abe.

Dengan padatnya waktu mengikuti berbagai perlombaan debat, Abe harus berupaya keras untuk membagi waktu. Salah satunya pada Oktober 2022, dalam satu bulan itu, dirinya harus mengikuti tujuh lomba sekaligus. Selain itu juga harus mengerjakan skripsi dan kerja part time.

“Saat itu memang cukup melelahkan. Namun itu juga merupakan peluang untuk belajar dan berkembang,” terang mahasiswa angkatan 2019 ini.

Perjuangan yang berat itu akhirnya bisa dilewati dan terbayar tuntas dengan menyabet kategori sebagai mahasiswa berprestasi. Abe merasa puas karena kerja kerasnya semasa kuliah.

“Sangat terharu. Perasaannya pasti campuran antara bangga dan puas atas kerja keras selama kuliah,” kata Abe.

Sementara, orang tua Abe juga merasa salut dengan prestasi tersebut. Selain mendapatkan sederet prestasi perlombaan, Abe juga menjadi wisudawan berprestasi.

“Orang tua sangat bangga atas prestasi ini. Mereka juga merasa bahwa jerih payah dan investasi dalam pendidikan di UKSW telah menghasilkan hasil yang baik,” terangnya.

Bagi Abe, UKSW menjadi kampus yang sangat mengesankan. Keberagaman mahasiswa dan dosennya menjadi hal yang membuat dirinya betah. UKSW juga memiliki ekosistem pengetahuan yang bisa saling berkolaborasi dan elaborasi satu sama lain.

Dengan segala pengalaman dan ilmu yang didapatkan, Abe mengaku akan melanjutkan ke jenjang yang lebih profesional sesuai dengan minatnya di bidang hukum.

“Saya bisa berkolaborasi dan mengelaborasi berbagai pemikiran di sini. Dosen dan staf yang sepenuh hati mendukung saya membuat keputusan saya kuliah di UKSW mustahil untuk disesali,” ungkap Abe.

Rektor UKSW Salatiga, Prof. Intiyas Utami berpesan kepada seluruh wisuda/wisudawati untuk menjadi minorita yang berdaya cipta (creative minority). Diharapkan setelah selesai masa studi ini menjadi pemimpin dan agen perubahan di lingkungan masing-masing.

“Banyak di antara alumni UKSW yang sudah berhasil menjadi pemimpin dan menjadi agen perubahan di berbagai bidang, baik di aras nasional maupun internasional. Dengan berlandaskan pada pengetahuan, berpikir kritis, maka pemimpin mendasari semua keputusannya dengan pertimbangan ilmiah dan berpegang teguh bahwa takut akan Tuhan sebagai awal pengetahuan,” terang Rektor.

Dijelaskan, dalam hal penerapan pembelajaran, UKSW terintegrasi antara pendidikan, penelitian dan pengabdian masyarakat dengan case-based method maupun project-based method. Metode ini membentuk karakter dan profil lulusan yang mampu menjawab perubahan tantangan global.

“Kompetensi saja tidak cukup, seorang pemimpin butuh hikmat dan bijaksana dalam setiap tutur kata, sikap, dan perbuatannya. Saya berharap para wisudawan/wisudawati tidak berhenti belajar selepas dari kampus. Pembelajaran sepanjang hayat bisa dilakukan dengan berbagai cara. Kepekaan atas perubahan lingkungan, politik, ekonomi, social, budaya dan berbagai kemajuan teknologi memacu kita semua untuk adaptif, kreatif, dan berani mengubah tantangan menjadi peluang,” tandas Rektor Intiyas.

Rekomendasi
Berita Lainnya