Jateng
Jumat, 4 November 2022 - 18:46 WIB

Lagi! Semarang Banjir setelah Hujan Deras, Kali Ini Sungai Plumbon Meluap

Ponco Wiyono  /  Imam Yuda Saputra  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Seorang pengendara sepeda motor berusaha melewati banjir yang melanda di jalur pantura, Mangkang, Kota Semarang, Jumat (4/11/2022). (Solopos.com-Ponco Wiyono)

Solopos.com, SEMARANG — Banjir sepertinya menjadi peristiwa yang jamak terjadi di Kota Semarang, Jawa Tengah (Jateng), saat musim hujan seperti saat ini. Setelah pertengahan Oktober lalu, Semarang diterjang banjir, kali ini peristiwa serupa kembali terjadi pada Jumat (4/11/2022) siang.

Sejumlah wilayah di barat Kota Semarang tergenang banjir pada Jumat siang, atau setelah hujan deras mengguyur. Banjir itu salah satu disebabkan meluapnya Sungai Plumbon akibat debit air yang meningkat akibat hujan.

Advertisement

Akibat banjir itu, warga di dua kecamatan yakni Ngaliyan dan Tugu, harus menahan segala aktivitasnya karena genangan air yang mencapai 10 sentimeter (cm).

“Paling parah kawasan Mangkang dan itu membuat lalu lintas jalur pantura macet,” ujar seorang pengemudi ojek daring, Aji, kepada Solopos.com, Jumat.

Sementara itu, Camat Tugu, Pranyoto, mengatakan di Kelurahan Mangkang Kulon, tepatnya di Kampung Pondok, air menggenangi 10 rumah setinggi 10 cm. “Ini limapasan air dari Sungai Plumbon yang tidak kuat menampung debit air. Tapi dibandingkan yang [Sungai] Beringin kemarin, ini tidak parah. Air langsung surut tidak lama kemudian,” jelasnya.

Advertisement

Baca juga: Malih Dadi Segara, Area Banjir Rob Pesisir Pekalongan Meluas

Banjir yang dianggap tidak terlalu parah di wilayah Tugu, Kota Semarang, membuat Pranyoto belum memutuskan untuk mendirikan dapur umum. Hal itu dikarenakan dapur umum belum mennjadi kebutuhan yang mendesak menyusul masih tidak banyaknya warga yang rumahnya terdampak banjir.

Seorang warga RW 002 Kelurahan Mangkang Kulon, Yanto, mengatakan sedimentasi yang tinggi menjadi penyebab utama sering meluapnya Sungai Plumbon. Oleh karenanya, ia pun setuju dengan pemerintah yang tengah melakukan proyek normalisasi. Kendati demikian, proyek tersebut tersendat menyusul adanya beberapa warga yang menolak pembebasan lahan.

Advertisement

“Perlu ada normalisasi, apalagi aliran air sangat sempit karena banyak endapat tanah di pinggir dan tengah sungai,” jelasnya.

Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif