Jateng
Rabu, 1 Desember 2021 - 13:41 WIB

Legenda Aji Saka dan Cikal-Bakal Aksara Jawa

Chelin Indra Sushmita  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Ilustrasi aksara Jawa. (Youtube)

Solopos.com, SOLO — Legenda tentang Aji Saka selalu dikaitkan dengan sejarah asal-usul orang Jawa dan munculnya aksara Jawa. Keterkaitan ini berawal dari tulisan India kuno yang menyebutkan bahwa Aji Saka adalah orang pertama yang menginjakkan kaki di tanah Jawa.

Beberapa ahli berpendapat legenda Aji Saka berhubungan dengan Kalender Saka yang dipakai di Jawa. Selama di tanah Jawa, dia juga diyakini mengajarkan masyarakat untuk membaca dan menulis, termasuk membuat aksara jawa yang terinspirasi dari pertarungan dua abdinya, Dora dan Sembada.

Advertisement

Baca juga: Aji Saka, Nenek Moyang Orang Jawa?

Kisah paling terkenal dari Aji Saka adalah kemenangannya melawan Prabu Dewata Cengkar di Kerajaan Medang Kamulan. Dewata Cengkar gemar memakan daging manusia yang meresahkan penduduk sekitar.

Advertisement

Kisah paling terkenal dari Aji Saka adalah kemenangannya melawan Prabu Dewata Cengkar di Kerajaan Medang Kamulan. Dewata Cengkar gemar memakan daging manusia yang meresahkan penduduk sekitar.

Sebelum pergi ke Medang Kamulan, Aji Saka meninggalkan keris pusakanya di Gunung Kendeng agar dijaga oleh pengawalnya, Sembada. Sementara dia dan abdi lainnya, Dora, bertandang ke Medang Kamulan dan saat itu mengaku mau dijadikan santapan.

Baca jkuga: Asale Orang Jawa, Keturunan Siapa?

Advertisement

Seusai berperang, Aji Saka meminta Dora mengambil kerisnya yang dititipkan kepada Sembada di Gunung Kendeng. Namun, Sembada tidak mau menyerahkan keris itu karena memegang janji kepada Aji Saka, tidak boleh ada yang membawa keris tersebut.
Kedua abdi setia Aji Saka ini pun kemudian bertarung hingga tewas. Mengetahui hal tersebut, Aji Saka pun menyesal dan menuliskan kisah tersebut.

Bacajuga: Asale Bahasa Ngapak, Ternyata Dari Suku Kutai di Kalimantan Timur

Dikutip dari laman Indonesia.go.id, Rabu (1/12/2021), kisah itu dituliskan dalam kalimat yang merupakan gabungan dari suku-suku kata pada aksara bahasa Jawa.

Advertisement

Ha-Na-Ca-Ra-Ka (Ada utusan)

Da-Ta-Sa-Wa-La (Saling berselisih pendapat)

Pa-Dha-Ja-Ya-Nya (Sama-sama sakti)

Advertisement

Ma-Ga-Ba-Tha-Nga (Sama-sama menjadi mayat)

Legenda itu sampai saat ini berkembang menjadi mitos yang bukan hanya bertutur tentang cikal-bakal aksara bagi orang Jawa. Melainkan menjadi momen penting tentang tradisi literasi kebudayaan Jawa.

Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif