Solopos.com, SEMARANG — Badan Pusat Statistik (BPS) Jawa Tengah (Jateng) menyebut kenaikan harga mobil menjadi pemicu utama inflasi di Provinsi Jawa Tengah (Jateng). Selain kenaikan harga mobil, inflasi di Jateng juga disebabkan faktor lain seperti kenaikan harga bawang merah, cabai merah, sabun detergen bubuk maupun cair, serta sabun mandi.
Sementara, penahan utama inflasi di Jateng adalah penurunan harga minyak goreng, telur ayam ras, daging ayam ras, cabai rawit, dan jeruk.
Promosi Harga Saham Masih Undervalued, BRI Lakukan Buyback
Dilansir dari laman Internet resmi BPS Jateng, pada Februari 2022, Jateng mengalami inflasi sebesar 0,01 persen dengan indeks harga konsumen (IHK) mencapai 107,77. Dari enam kota di Jateng yang menjadi acuan IHK, Kota Solo tercatat mengalami inflasi tertinggi yakni 0,32%. Sementara Kota Tegal mengalami inflasi 0,19%, Kota Kudus 0,06%, Kota Cilacap 0,07%, dan Kota Purwokerto mengalami inflasi 0,03%.
Baca juga: Inflasi Jateng Naik Gara-Gara Telur dan Bawang
Sedangkan satu-satunya kota di Jateng yang mengalami deflasi adalah Semarang dengan minus 0,08% dan IHK 107,73.
Dalam keterangannya BPS juga menyebutkan inflasi terjadi karena adanya kenaikan harga pada sejumlah kelompok pengeluaran, antara lain perawatan pribadi dan jasa, perlengkapan, peralatan, dan pemeliharaan rumah tangga. Kemudian kelompok transportasi, penyediaan makanan dan minuman atau restoran, kesehatan, rekreasi, olahraga, dan budaya, pakaian dan alas kaki, serta kelompok penyediaan makanan dan minuman/restoran, dan lain-lain.
Kelompok transportasi, di antaranya kenaikan harga mobil cukup memberikan andil besar dalam inflasi di Jateng yakni 0,51%. Kenaikan harga mobil tercatat menyumbang inflasi mencapai 0,07%, sementara servis mobil 0,01%, tarif kendaraan roda empat online 0,01%. Sementara komoditas yang dominan memberikan andil deflasi adalah angkutan umum yakni minus 0,02%.
Baca juga: Cek Gaes, Ini Harga Mobil Avanza dan Veloz dengan PpnBM Nol Persen
Sementara itu minyak goreng yang sulit diperoleh masyarakat selama Februari justru memberi kontribusi terbesar terhadap penahanan laju inflasi, menyusul penurunan harga komoditas tersebut. Minyak goreng memberi kontribusi sekitar -0,13 persen terhadap deflasi di bulan Februari.