SOLOPOS.COM - Para pekerja seks komersial (PKS) Resosialisasi Argorejo atau Lokalisasi Sunan Kuning menjalani pembinaan dengan pihak pengurus Resosialisasi Argorejo dan LSM Lentera di Balai RW IV, Kelurahan Kalibanteng, Kecamatan Semarang Barat, Kota Semarang, Kamis (4/2/2016) siang. (Imam Yuda Saputra/JIBI/Semarangpos.com)

Lokalisasi Sunan Kuning disepakati Wali Kota Semarang Hendrar Prihadi alias Hendi ditutup.

Semarangpos.com, SEMARANG — Wali Kota Semarang Hendrar Prihadi yang akrab disapa Hendi menyetujui penutupan lokalisasi di wilayah itu seiring dengan kebijakan pemerintah pusat menjadikan Indonesia bebas prostitusi pada 2019.

Promosi BRI Group Buka Pendaftaran Mudik Asyik Bersama BUMN 2024 untuk 6.441 Orang

“Kalau persoalan menutup, saya setuju. Kami dari Pemerintah Kota Semarang setuju. Apalagi, kalau itu kebijakan pusat untuk menutup (lokalisasi, red.), oke ditutup,” katanya di Semarang, Selasa (1/3/2016).

Namun, kata dia, lokalisasi di Semarang, yakni resosialisasi Argorejo atau sering disebut lokalisasi Sunan Kuning (SK) memiliki keunikan yang membedakannya dengan Dolly di Surabaya atau Kalijodo di Jakarta. Ia menjelaskan di Lokalisasi SK Semarang terdapat rumah-rumah yang dimiliki warga dengan status kepemilikan hak milik (HM), berbeda dengan di Kalijodo yang banyak berdiri bangunan-bangunan liar.

“Kalau kemudian menutup, ya, tinggal menutup saja. Akan tetapi, mereka yang punya tanah di situ bagaimana? Makanya, kami sedang mencari sebuah konsep untuk menyinergikan kebijakan pusat itu,” katanya.

Hendi mengingatkan penutupan resosialisasi Argorejo alias lokalisasi Sunan Kuning (SK) Semarang yang dilakukan jangan sampai membawa dampak sosial lebih besar, sebagaimana pernah dilakukan yang ternyata berdampak bertebarannya perempuan pekerja seks komersial (PSK). “Dulu ingat, ‘bat-bet-bat-bet’, [SK] tiba-tiba ditutup. Tidak tahunya, [para PSK berpindah] jadi warung teh poci di Lapangan Simpang Lima,” katanya.

Maka dari itu, ia meminta diberikan waktu untuk memikirkan konsep yang bersinergi dengan kebijakan menutup resosialisasi Argorejo alias lokalisasi Sunan Kuning (SK) Semarang, tetapi tidak membuat PSK berkeliaran di jalan-jalan sebagaimana dulu. “Kemudian, mereka yang punya tanah di situ (SK, red.) juga tidak merasa dirugikan. Mungkin bisa dianggarkan untuk pembelian lahan, kemudian dibuat ruang terbuka hijau (RTH), misalnya,” katanya.

Kajian Dua Tahun
Hendi menyebutkan Pemkot Semarang akan melakukan kajian dalam satu hingga dua tahun ke depan untuk merumuskan kebijakan sejalan dengan penutupan lokalisasi tanpa menimbulkan dampak sosial yang lebih besar.

Pemerintah menargetkan seluruh wilayah di Tanah Air bebas prostitusi pada 2019, sebagaimana disampaikan Menteri Sosial Khofifah Indar Parawansa yang juga sudah mengundang kepala Dinas Sosial seluruh daerah. Saat ini, terdata masih ada 168 daerah yang memiliki lokalisasi prostitusi dan daerah yang paling tinggi potensi terdapat anak jalanan, gelandangan, dan pengemis.

Pemerintah juga sudah menyiapkan beragam program untuk penanganan bagi para perempuan dari resosialisasi Argorejo alias lokalisasi Sunan Kuning (SK) Semarang, seperti pelatihan keterampilan menjahit, membordir, salon, dan membuat aneka kue yang ditanggung Kemensos.

 

KLIK dan LIKE di sini untuk lebih banyak berita Semarang Raya

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya