SOLOPOS.COM - Pertunjukan sulap di di Posko Pengungsian, Minggu (21/12/2014). (JIBI/Solopos/Antara/Anis Efizudin)

Seorang anggota TNI menghibur bocah-bocah pengungsi bencana alam tanah longsor Banjarnegara dengan permainan sulap di Posko Pengungsian Dusun Alian, Desa Ambal, Kecamatan Karangkobar, Banjarnegara, Jawa Tengah, Minggu (21/12/2014). Sejumlah sukarelawan dari berbagai kalangan bergantian memberikan hiburan bagi anak-anak di pengungsian korban tanah longsor itu agar mereka tidak larut dalam kesedihan ditinggalkan saudara-saudara mereka meninggal dunia. (JIBI/Solopos/Antara/Anis Efizudin)

Pertunjukan sulap di di Posko Pengungsian, Minggu (21/12/2014). (JIBI/Solopos/Antara/Anis Efizudin)

Longsor Banjarnegara diakui Badan Pusat Statistik (BPS) tidak memengaruhi perubahan Nilai Tukar Petani secara keseluruhan di Jawa Tengah

Promosi BRI Kantor Cabang Sukoharjo Salurkan CSR Senilai Lebih dari Rp1 Miliar

Kanalsemarang.com, BANJARNEGARA– Bencana longsor yang terjadi di Banjarnegara beberapa waktu lalu tidak memengaruhi perubahan Nilai Tukar Petani (NTP) secara keseluruhan di Jawa Tengah, kata Kepala Bidang Statistik Produksi Badan Pusat Statistik (BPS) Jateng Totok Tavirijanto.

“Memang kalau sifatnya lokal tidak begitu berpengaruh karena tanaman pangan kita kan tidak hanya berasal dari satu wilayah tetapi dari banyak daerah,” katanya seperti dikutip Antara, Rabu (24/12/2014).

Apalagi, untuk luas lahan pertanian yang terkena dampak longsor tersebut antara 5-10 hektare sehingga pengaruhnya tidak terlalu besar terhadap fluktuasi NTP.

Sementara itu, kondisi saat ini yang sudah memasuki musim penghujan justru ditunggu oleh para petani. Potensi peningkatan produksi pada musim ini akan berdampak pada peningkatan indeks harga yang diterima petani.

Menurutnya, jika indeks harga yang diterima petani tersebut lebih besar dibandingkan indeks harga yang dibayar petani maka NTP akan meningkat.

Mengenai kondisi saat ini, hampir semua lahan digunakan untuk menanam padi. Dampaknya tentu produksi padi akan meningkat tetapi di sisi lain produksi palawija akan mengalami penurunan.

“Salah satu contohnya adalah di Demak, dari survei kami lahan yang sebelumnya digunakan untuk menanam palawija di antaranya kedelai dan jagung saat ini hampir semuanya diganti oleh tanaman padi,” katanya.

Menurutnya, dengan kebutuhan air yang tercukupi selama musim hujan, diprediksi hasil indeks pertanaman akan mengalami peningkatan. Selanjutnya, keuntungan para petani juga akan meningkat.

“Jika musim hujan ini berlangsung dengan normal idealnya dalam waktu satu tahun petani bisa melakukan tiga kali panen karena ada tiga kali musim tanam,” katanya.

Sementara itu, jika musim penghujan terjadi secara berlebihan seperti halnya tahun lalu dan berakibat pada banjir yang turut menyerang area persawahan maka yang terjadi adalah puso.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya