Jateng
Jumat, 26 Desember 2014 - 07:50 WIB

LONGSOR BANJARNEGARA : BPS Pastikan Nilai Tukar Petani di Jateng Tak Terpengaruh Akibat Longsor

Redaksi Solopos.com  /  Sumadiyono  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Pertunjukan sulap di di Posko Pengungsian, Minggu (21/12/2014). (JIBI/Solopos/Antara/Anis Efizudin)

Pertunjukan sulap di di Posko Pengungsian, Minggu (21/12/2014). (JIBI/Solopos/Antara/Anis Efizudin)

Longsor Banjarnegara diakui Badan Pusat Statistik (BPS) tidak memengaruhi perubahan Nilai Tukar Petani secara keseluruhan di Jawa Tengah

Advertisement

Kanalsemarang.com, BANJARNEGARA– Bencana longsor yang terjadi di Banjarnegara beberapa waktu lalu tidak memengaruhi perubahan Nilai Tukar Petani (NTP) secara keseluruhan di Jawa Tengah, kata Kepala Bidang Statistik Produksi Badan Pusat Statistik (BPS) Jateng Totok Tavirijanto.

“Memang kalau sifatnya lokal tidak begitu berpengaruh karena tanaman pangan kita kan tidak hanya berasal dari satu wilayah tetapi dari banyak daerah,” katanya seperti dikutip Antara, Rabu (24/12/2014).

Apalagi, untuk luas lahan pertanian yang terkena dampak longsor tersebut antara 5-10 hektare sehingga pengaruhnya tidak terlalu besar terhadap fluktuasi NTP.

Advertisement

Sementara itu, kondisi saat ini yang sudah memasuki musim penghujan justru ditunggu oleh para petani. Potensi peningkatan produksi pada musim ini akan berdampak pada peningkatan indeks harga yang diterima petani.

Menurutnya, jika indeks harga yang diterima petani tersebut lebih besar dibandingkan indeks harga yang dibayar petani maka NTP akan meningkat.

Mengenai kondisi saat ini, hampir semua lahan digunakan untuk menanam padi. Dampaknya tentu produksi padi akan meningkat tetapi di sisi lain produksi palawija akan mengalami penurunan.

Advertisement

“Salah satu contohnya adalah di Demak, dari survei kami lahan yang sebelumnya digunakan untuk menanam palawija di antaranya kedelai dan jagung saat ini hampir semuanya diganti oleh tanaman padi,” katanya.

Menurutnya, dengan kebutuhan air yang tercukupi selama musim hujan, diprediksi hasil indeks pertanaman akan mengalami peningkatan. Selanjutnya, keuntungan para petani juga akan meningkat.

“Jika musim hujan ini berlangsung dengan normal idealnya dalam waktu satu tahun petani bisa melakukan tiga kali panen karena ada tiga kali musim tanam,” katanya.

Sementara itu, jika musim penghujan terjadi secara berlebihan seperti halnya tahun lalu dan berakibat pada banjir yang turut menyerang area persawahan maka yang terjadi adalah puso.

Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif