Jateng
Senin, 15 Desember 2014 - 02:50 WIB

LONGSOR BANJARNEGARA : Evakuasi Korban, Kementerian PU Datangkan 13 Alat Berat

Redaksi Solopos.com  /  Sumadiyono  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Satu unit buldoser seri 20 AG yang berada di tengah hamparan pasir calon areal tambak udang di Dusun Imorenggo, Desa Karangsewu, Kecamatan Galur diberi garis polisi, Selasa (30/9/2014). (JIBI/Harian Jogja/Switzy Sabandar)

Ilustrasi. (JIBI/Harian Jogja/Switzy Sabandar)

Kanalsemarang.com, BANJARNEGARA—Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat mendatangkan 13 alat berat ke lokasi longsor Dusun Jemblung, Desa Sampang, Kabupaten Banjarnegara, Jawa Tengah, untuk mempercepat proses evakuasi.

Advertisement

“Evakuasi yang sekarang hanya dilakukan secara manual karena belum tembus jalannya. Sembari dilakukan secara manual, kita datangkan 13 alat di antaranya ekskavator dan dozer,” kata Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat Basuki Hadimuljono di lokasi longsor, Dusun Jemblung, Desa Sampang, Kecamatan Karangkobar, Banjarnegara, Minggu (14/12/2014).

Menurut dia, alat berat tersebut akan dioperasikan dua arah, yakni dari Banjarmangu dan Karangkobar guna menyingkirkan material longsoran yang menimbun ruas jalan Banjarnegara-Karangkobar sepanjang 500 meter.

Bahkan, kata dia, di ruas jalan itu ada jembatan yang tertimbun lebih dari 10 meter.

Advertisement

Ia mengharapkan ruas jalan tersebut dapat dibuka dalam waktu lima hari sehingga ekskavator dapat menjangkau lokasi longsor guna mempercepat proses evakuasi.

Kendati demikian, dia mengakui bahwa adanya kode etik dalam proses evakuasi sehingga kegiatan tersebut akan dilakukan oleh Badan Search and Rescue Nasional (Basarnas) dan Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB).

Lebih lanjut, Basuki mengatakan bahwa berdasarkan peta rawan bencana yang ditunjukkan oleh Tim Geologi Universitas Gajah Mada Yogyakarta, wilayah Banjarnegara merupakan daerah paling rawan di wilayah eks Keresidenan Banyumas.

Advertisement

“Baik dalam struktur geologinya maupun lapisan tanahnya. Itu semua merah dalam peta rawan bencana,” katanya seperti dikutip Antara.

Terkait hal itu, dia mengatakan bahwa perlu dilakukan tiga hal untuk memperlambat longsorannya.

“Pertama, kita lihat topografi, morfologi, dan bentang alamnya. Yang kedua, pola dan cara tanam masyarakat serta jenis tanaman yang diberdayakan oleh masyarakat. Kemudian yang ketiga, intensitas hujan,” katanya.

Ia mengatakan jika intensitas hujannya tinggi, potensi longsornya akan tinggi.

Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif