SOLOPOS.COM - Tradisi udik-udikan di Pekalongan, cara sedekah ala orang Jawa di balik hujan uang. (Facebook/Pekalongan Info)

Solopos.com, PEKALONGAN — Baru-baru ini media sosial dibuat heboh dengan peristiwa hujan uang di Pekalongan, Jawa Tengah. Hal ini menuai kontroversi lantaran memicu kerumunan di tengah pandemi Covid-19. Namun, tahukah Anda jika hal tersebut merupakan tradisi masyarakat Jawa yang menjadi warisan leluhur?

Dihimpun dari berbagai sumber, Selasa (8/3/2021), udik-udikan merupakan cara orang Jawa bersedekah dengan menghamburkan uang. Biasanya tradisi ini dilaksanakan ketika seseorang baru saja selesai membangun rumah, menggelar hajatan, khitanan, atau baru saja membeli barang mewah.

Promosi BRI Siapkan Uang Tunai Rp34 Triliun pada Periode Libur Lebaran 2024

Cara tersebut merupakan bentuk syukuran masyarakat dalam tradisi Jawa. Dalam tradisi tersebut jumlah uang yang dihamburkan beragam, mulai recehan hingga uang kertas pecahan Rp100.000-an.

Baca juga: Video Viral Hujan Uang di Pekalongan, Begini Faktanya

Warga yang memiliki hajat biasanya akan menghamburkan uang di jalanan atau di depan rumahnya yang kemudian diperebutkan warga yang sudah berkumpul. Biasanya pemberitahuan tentang acara ini disampaikan dari mulut ke mulut, atau diumumkan melalui pengeras suara di masjid.

Kedatangan tamu tak diundang sama sekali tidak menjadi masalah. Sebab, semakin ramai udik-udikan, maka semakin meriah acara tersebut yang membuat si pemilik hajat semakin senang.

Dikutip dari laman nu.or.id, udik-udikan merupakan tradisi melempar atau menebarkan uang. Maknanya adalah wujud rasa syukur yang merupakan budaya kearifan lokal warisan leluhur.

Baca juga: Umur 1 Abad, Ini Kain Motif Jlamprang Koleksi Museum Batik Pekalongan

Tradisi Udik-Udikan

Tradisi udik-udikan yang ditandai dengan hujan uang ini masih dilestarikan di beberapa wilayah Jawa Tengah dan Jawa Timur. Seperti di Pekalongan yang biasanya dilakukan saat seseorang selesai membangun rumah.

Uniknya, udik-udikan di Pekalongan bukan hanya dilakukan dengan bagi-bagi uang, tetapi juga doorprize. Biasanya selain uang kertas dan koin, si pemilik hajat juga akan menyebarkan gulungan kertas berisi hadiah tertentu yang disebar bersama uang.

Penerima gulungan kertas itu bisa menukarkannya dengan hadiah yang sesuai tulisan di dalamnya. Selain itu, ada juga warga yang melepas ayam untuk diperebutkan dalam acara tersebut.

Baca juga: Udik-Udikan, Kearifan Lokal di Balik Hujan Uang Pekalongan

Tradisi ini juga sering digelar di Semarang untuk selamatan bayi. Biasanya acara ini digelar ketika bayi sudah bisa tengkurap dan mulai merangkak.

Dalam acara ini bayi akan diletakkan di dalam kurungan berisi tangga dari tebu. Bayi itu nantinya akan dibimbing neneknya untuk menaiki tangga. Setelah itu sang nenek akan menyebarkan uang bersama beras kuning kepada tetangga.

Sementara di Sidoarjo, Jawa Timur, warga biasanya melaksanakan tradisi udik-udikan setelah selesai membangun atau membeli rumah baru. Caranya pun tidak berbeda jauh dengan udik-udikan di tempat lain, yaitu menghamburkan uang.

Baca juga: Pekalongan Punya Keindahan Cappadocia dengan Kearifan Lokal

Sedangkan di Gresik, Jawa Timur, udik-udikan dilakukan bersamaan dengan tradisi sedekah bumi sebagai wujud syukur atas hasil panen yang melimpah. Biasanya sedekah bumi dilakukan pada pagi hari dengan serangkaian proses yang ditutup dengan udik-udikan.

Sejumlah masyarakat Jawa sampai saat ini masih menggelar udik-udikan dalam rangka menjaga tradisi sekaligus bersedekah dan menjaga kebersamaan. Acara ini biasanya berlangsung sangat meriah.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya