Jateng
Selasa, 23 Mei 2023 - 20:09 WIB

Manten Kaji, Bukti Akulturasi 5 Kebudayaan di Semarang

Dela Annisa  /  Imam Yuda Saputra  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Adat pernikahan khas Semarang atau Manten Kaji. (Instagram @budayainyong)

Solopos.com, SEMARANG — Akulturasi budaya memang banyak mempengaruhi tradisi kebudayaan di Kota Semarang, Jawa Tengah (Jateng). Salah satu bukti akulturasi aneka kebudayaan itu bisa dilihat dari tradisi pernikahan khas Kota Semarang yang kerap disebut dengan sebutan Manten Kaji.

Tradisi pernikahan ini memang mulai jarang diterapkan masyarakat Semarang pada umumnya. Masyarakat Semarang saat ini lebih banyak mengunakan tradisi pernikahan adat Jawa pada umumnyaa.

Advertisement

Meski demikian, Manten Kaji ini sebenarnya sudah ada sejak tahun 1930-an. Manten Kaji ini merupakan perekat sosial dan budaya dalam masyarakat karena terbentuk dari akulturasi lima kebudayaan yang kental di Kota Semarang, yakni Arab, Jawa, China, Melayu, dan Eropa.

Menurut Katalog Warisan Budaya Tak Benda Indonesia 2018, disebut Manten Kaji karena busana yang dikenakan mempelai pria menyerupai gamis dan jubah yang kerap dipaakai orang yang baru pulang dari Tanah Suci, menunaikan ibadah haji. Dari pengaruh kebudayaan Arab, terlihat jelas pada sorban dan kopiah alfiyah yang dikenakan oleh mempelai pria. Mempelai pria biasanya juga memakai baju model gamis beludru berlengan panjang.

Sedangkan untuk pengaruh budaya China terletak pada tata rias pengantin yang menggunakan model cengge. Model riasan tersebut memiliki ciri khas dari pemakaian bedak yang sangat tebal. Pengaruh China juga tampak pada baju mempelai wanita Manten Kaji Semarang yang mengenakan model encim berbahan beludru dengan payet berwarna emas. Untuk bagian bawahnya, kedua mempelai memilih warna merah dan emas.

Advertisement

Pengaruh Jawa

Untuk pengaruh budaya Jawa, terdapat pada alas kaki atau selop yang dikenakan kedua mempelai. Penggunaan sanggul Jawa juga mendapat pengaruh dari Kasunanan Surakarta dan Kasultanan Yogyakarta. Selain itu, adalanya hiasan melati ‘ndok remek’ serta ‘tusuk konde’ juga digunakan juga menggambarkan budaya Jawa.

Pengaruh Jawa pada Manten Kaji Semarang juga terlihat pada simbol-simbol yang dipakai dalam upacara, seperti adanya kembang mayang, pemasangan daun tebu yang berarti ‘antebing kalbu’ (kemantapan hati), daun kluwih sebagai doa untuk rezeki ‘linuwih’ (rezeki banyak), dan daun opo-opo agar kedua mempelai tidak mengalami bahaya

Untuk pengaruh dari Semarang, terlihat pada pade-pade atau dekorasi pelaminan. Dimana dekorasinya dibuat lebih sederhana. Hal ini menggambarkan jiwa pedagang orang Semarang. Selain itu, ciri khas manten kaji adalah adanya sajian hiburan Gambang Semarang di dalamnya, serta pengaruh budaya Eropa yang terlihat pada pemakaian mahkota untuk mempelai wanita dan pedang untuk mempelai pria.

Advertisement

Jika dibandingkan dengan upacara adat Jawa pada umumnya, manten kaji sebenarnya jauh lebih sedehana. Manten kaji ini tidak semegah pernikahan Jawa kebanyakan. Sedangkan perbedaan manten kaji dengan prosesi pernikahan yang dipengaruhi oleh budaya China dan Arab lainnya, terdapat pada beberapa filosofi Jawa yang masih dipertahankan.

Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif