SOLOPOS.COM - Masjid Saka Tunggal Banyumas. (Nu.or.id)

Solopos.com, PURWOKERTO – Masjid Saka Tunggal yang terletak di Desa Cikakak, Kecamatan Wangon, Kabupaten Banyumas, Jawa Tengah, dipercaya sebagai masjid tertua di Indonesia.

Tempat ibadah satu ini dibangun pada 1288 M, sebelum era penyebaran Islam oleh Wali Songo. Bahkan, masjid ini dipercaya sudah ada sebelum Kerajaan Majapahit yang berdiri pada 1294 M.

Promosi Kirana Plus, Asuransi Proteksi Jiwa Inovasi Layanan Terbaru BRI dan BRI Life

Walaupun berusia tua, masjid tersebut tetap berdiri kokoh di tengah pedesaan. Pasalnya, sejak 1965, masjid ini telah mengalami dua kali pemugaran tanpa mengubah arsitektur masjid. Kayu yang disebut saka di tengah masjid juga masih berdiri kokoh.

Keberadaan Masjid Saka Tunggal yang dipercaya sebagai masjid tertua di Indonesia tak bisa terlepas dengan sosok tokoh penyebar Islam di Cikakak, yakni Mbah Mustolih.

Mengutip laman Duniamasjid.islamic-center.or.id, Mbah Mustolih dahulu hidup di era Kasultanan Mataram Kuno. Sehingga banyak unsur Kejawen yang muncul di masjid ini. Diceritakan pada laman tersebut, dalam melakukan syiar Islam, Mbah Mustolih memang menjadikan Cikakak sebagai markasnya.

Di masjid tersebut terdapat ritual yang sering dilakukan oleh seluruh warga Desa Cikakak, yaitu Ritual Jaro Rajapine. Ritual ini mengganti pagar bumbu keliling Masjid Saka Tunggal yang digelar pada bulan ajab. Saat membuat pagar, ada beberapa pantangan yang harus ditaati, di antaranya: warga dilarang berbicara dengan suara keras dan tidak boleh menggunakan alas kaki.

Masjid Saka Tunggal Lebih Tua dari Masjid Agung Demak

Masjid Saka Tunggal Banyumas ini lebih tua dari Masjid Agung Demak yang dibangun pada 1401 Saka oleh Raden Patah bersama Wali songo pada masa pemerintahan Kerajaan Demak sekitar abad ke-15 Masehi.

Berdasarkan website resmi Dinas Pariwisata Kabupaten Demak, dari cerita yang beredar di masyarakat, Masjid Agung Demak dahulunya adalah tempat berkumpulnya Wali Songo yang menyebarkan agama Islam di tanah jawa. Dari situlah yang mendasari Demak mendapat sebutan kota wali.

Raden Patah bersama dengan Wali Songo membangun masjid ini dengan memberi gambar semacam bulus yang merupakan candra sengkala memet dengan arti sarira sunyi kiblating gusti yang bermakna tahun 1401 Saka.

Berbeda dengan Masjid Saka Tunggal Banyumas, dari sisi arsitektur, Masjid Agung Demak adalah simbol arsitektur tradisional Indonesia yang khas serta penuh makna. Tetap sederhana namun terkesan megah, anggun, indah, dan sangat berkarismatik.

Masjid ini mempunyai bangunan-bangunan induk dan serambi. Bangunan induk memiliki empat tiang utama yang disebut saka guru. Salah satu dari tiang utama tersebut konon berasal dari serpihan-serpihan kayu sehingga dinamai saka tatal.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya