SOLOPOS.COM - Gubernur Jateng, Ganjar Pranowo saat memotong lopis raksasa di Pekalongan. (Istimewa/djkn.kemenkeu.go.id)

Solopos.com, PEKALONGANSyawalan merupakan tradisi yang biasa dilaksanakan di beberapa daerah di Indonesia setelah Idulfitri, termasuk di Pekalongan.

Masing-masing daerah punya cara unik tersendiri untuk merayakannya. Hal itu seperti masyarakat Krapyak, Pekalongan yang juga mengadakan tradisi syawalan dengan acara memotong kue lopis raksasa.

Promosi Kisah Inspiratif Ibru, Desa BRILian Paling Inovatif dan Digitalisasi Terbaik

Bagi masyarakat Pekalongan, tradisi potong lopis raksasa ini menjadi hal yang paling ditunggu saat Syawal karena dapat digunakan sebagai sarana mempererat tali silaturahmi.

Penggunaan lopis pada tradisi ini juga bukan tanpa sebab. Seperti yang dilansir dari indonesia.go.id pada Jumat (9/6/2023), lopis mengandung nilai filosofis tentang persatuan dan kesatuan seperti yang tertuang dalam sila ketiga Pancasila.

Menurut sejarahnya, konon tradisi lopis raksasa dipelopori oleh KH Abdullah Sirodj, seorang ulama asal Krapyak. Bermula ketika beliau menjalankan puasa Syawal, yaitu sehari setelah Lebaran pada tanggal 2 hingga 7 Syawal.

Tradisi puasa tersebut kemudian diikuti oleh masyarakat Krapyak dan sekitarnya. Sehingga mereka tidak saling berkunjung atau melakukan silaturahmi.

Oleh karena itu, masyarakat setempat baru melakukan silaturahmi setelah selesai berpuasa Syawal selama tujuh hari. Mereka kemudian melakukan tradisi potong lopis di daerah tersebut. Alasan mengapa kue lopis dipilih untuk menjamu para tamu adalah karena lebih tahan lama dan tidak mudah basi.

Dalam tradisi ini, masyarakat berkumpul di suatu tempat dan saling bersilaturahmi. Kehadiran lopis raksasa menjadi salah satu hal yang menarik dan paling ditunggu-tunggu.

Biasanya lopis raksasa dibuat setinggi 2 meter dengan diameter 1,5 meter dan berat hampir 2 ton. Bisa dibanyangkan kue lopis sebesar itu dapat dihabiskan berapa orang.

Lopis ini nantinya akan dipotong oleh tokoh daerah setelah didoakan untuk kemudian dibagikan ke masyarakat setempat. Saat pembagian, masyarakat biasanya akan saling berebut lopis.

Rebutan inilah yang menggambarkan bagaimana berlomba-lomba untuk mendapatkan berkah.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya