SOLOPOS.COM - Tafrichul Birri Wakil takmir Masjid Baiturrahim, Desa Jatirejo, Kecamatan Suruh, Kabupaten Semarang saat menunjukkan jam matahari yang berada di sisi selatan masjid, Senin (1/4/2024). (Solopos.com/Hawin Alaina)

Solopos.com, UNGARAN – Sebagai daerah yang berusia cukup tua, banyak masjid bersejarah yang berdiri di wilayah Kabupaten Semarang, salah satunya yang cukup menarik adalah Masjid Baiturrahim di Dusun Kauman, Desa Jatirejo, Kecamatan Suruh, Kabupaten Semarang, Jawa Tengah (Jateng).

Masjid tersebut diyakini merupakan peninggalan Sunan Kalijaga dan sudah berusia ratusan tahun. Selain masjid, ada juga barang yang dipercaya peninggalan Sunan Kalijaga dan hingga kini masih terjaga.

Promosi Pelaku Usaha Wanita Ini Akui Manfaat Nyata Pinjaman Ultra Mikro BRI Group

Wakil takmir masjid, Tafrichul Birri menyebut, Masjid Baiturrahim yang ada di Dusun Kauman Desa Jatirejo ini berdiri sejak abad ke-14.

Oleh sesepuh terdahulu, masjid ini diyakini peninggalan Sunan Kalijaga dan muridnya menjadi penyebar agama Islam di wilayah tersebut.

“Masjid ini kuno, karena ciri khas dari masjid kuno itu ada masjid dan di depannya itu pemakaman umum. Kalau berada di kota ya ada alun-alun juga. Konsepnya sama seperti masjid Demak, itu depan masjid makam raja-raja,” terang Richul kepada Solopos.com, Senin (1/4/2024).

Dikatakan, dulunya dinding masjid masih berupa kayu dan atap menggunakan genting sirap. Namun masjid Baiturrahim telah beberapa kali mengalami renovasi karena beberapa faktor. Salah satunya pernah terkena meriam Belanda saat perang kemerdekaan.

“Bagian depan dulunya pernah terkena meriam Belanda. Jadi ambruk sebagian akhirnya direnovasi. Jadi sampai sekarang sudah beberapa kali direnovasi,” terang Richul.

Tafrichul Birri Wakil takmir Masjid Baiturrahim, Desa Jatirejo, Kecamatan Suruh, Kabupaten Semarang saat menunjukkan tongkat yang masih digunakan ketika khutbah Salat Jumat, Senin (1/4/2024). (Solopos.com/Hawin Alaina)

Tak banyak bagian bangunan yang masih merupakan peninggalan jaman terdahulu. Karena masyarakat yang semakin banyak juga, menyebabkan masjid tersebut diperbesar. Namun satu peninggalan yang masih tersimpan adalah sebuah tongkat untuk khutbah.

Tongkat tersebut lebih mirip dengan tombak dengan bahan dasar dari kuningan dengan ujungnya yang lancip dan diukir sedemikian rupa.

“Ini sampai sekarang tongkat ini masih dipakai untuk khutbah Salat Jumat dan Salat id. Bentuknya mirip dengan tombak, tapi dari dulu ini digunakan untuk tongkat khutbah,” ungkap Richul.

Selain itu, ada juga jam matahari yang ada di Masjid Baiturrahim. Jam ini oleh warga dikenal dengan jam bencet.

Jam ini dulunya digunakan oleh masyarakat untuk penunjuk waktu menggunakan sinar matahari. Namun karena perkembangan jaman jam ini sudah jarang digunakan lagi.

“Ya karena sudah ada jam biasa itu, jadi jarang digunakan sekarang. Kalau dulu sering digunakan, kan di dalam jam ini ada tanda angka-angkanya juga,” katanya.

Meskipun hanya tersisa dua barang yang menjadi peninggalan penyebaran Islam, kata Richul, pihaknya berupaya untuk terus mempertahankan peninggalan tersebut.

Harapannya dengan adanya peninggalan itu menjadi pengingat generasi selanjutnya tentang perjuangan orang terdahulu.

“Masjid ini selain terkait penyebaran agama Islam, juga ada kaitannya dengan jaman perang kemerdekaan, karena juga sebagai pusat pertemuan para pejuang,” terangnya.

Mulai masjid hingga barang peninggalan yang diyakini dari Sunan Kalijaga hingga saat ini dirawat dengan baik.

Masyarakat sekitar bertekad untuk terus menjaga Masjid Baiturrahim karena memiliki segudang sejarah peninggalan.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya