SOLOPOS.COM - Ilustrasi petani tembakau. (Freepik.com)

Solopos.com, TEMANGGUNG-Menteri Perdagangan Zukifli Hasan memfasilitasi keluhan petani tembakau dari Temanggung dan Wonosobo, Jawa Tengah, dengan pabrik rokok PT Gudang Garam, Tbk Kediri, Jawa Timur, dengan mempertemukan langsung kedua belah pihak.

“Kami fasilitasi teman-teman petani tembakau dari Temanggung dan Wonosobo untuk berjumpa dengan manajemen Gudang Garam. Tapi perusahaan juga punya keluhan,” katanya di Kediri, Rabu (2/8/2023).

Promosi BRI Kantor Cabang Sukoharjo Salurkan CSR Senilai Lebih dari Rp1 Miliar

Ia mengatakan, dalam dialog itu memang membahas soal harga tembakau yang dikeluhkan petani serta soal pupuk. Kemudian soal harga tembakau yang juga dikeluhkan oleh perusahaan bahwa omzet turun imbas banyaknya rokok elektrik.

“PT Gudang Garam dan pabrik rokok lain omzetnya turun, artinya kan pemasukan juga turun, berkurang. Rupanya banyak pengganti rokok. Kami tidak kira sebelumnya seperti rokok elektrik Vape, IQOS. Saya juga heran, di rumah saya tidak ada yang merokok, tapi punya, keluar asap juga,” kata dia dikutip dari Antara pada Kamis (3/8/2023).

Menteri Perdagangan menyatakan segera mengadakan rapat terbatas terkait dengan rokok elektrik ini. Dalam rapat akan dikaji soal pajak rokok elektrik dan sebagainya.  Jika pabrik rokok dikenakan pajak banyak, tenaga kerja juga banyak, tapi yang rokok elektrik tidak bayar pajak.

“Nanti Vape itu bagaimana caranya, berapa bayar pajak dan seterusnya akan saya pelajari. Kita usulkan dalam rapat terbatas agar ini dikenakan pajak lebih tinggi dari pada Gudang Garam, Djarum dan lain-lain yang memakai tenaga kerja ribuan,” kata dia.

Pupuk juga menjadi salah satu keluhan dari petani tembakau Temanggung dan Wonosobo. Mereka mengeluhkan karena pupuk untuk tembakau tidak termasuk pertanian, sehingga harus beli pupuk nonsubsidi. “Keluhan petani karena pupuk tidak termasuk pertanian [nonsubsidi]. Ini juga kami cari jalan keluarnya,” kata dia.

Untuk keluhan lainnya dari petani tembakau Temanggung dan Wonosobo, ia menyebut, petani juga hampir sebagian besar memakai uang rentenir dengan bunga 10 persen sebulan.

“Nanti dengan KUR [kredit usaha rakyat] dan sebagainya. Jadi, banyak yang kami urus dan tentunya harus kerja sama dengan bupati, gubernur, dan tentu juga Pemerintah Pusat,” kata dia.

Harga beli murah juga menjadi salah satu keluhan dari para petani Temanggung dan Wonosobo. Ramadhan, salah seorang petani tembakau asal Wonosobo, menyampaikan  saat ini petani semakin terpuruk dengan harga tembakau yang murah, tidak sebanding dengan harga produksi. Harga tembakau pada 2022 adalah Rp50.000 per kilogram, sedangkan biaya produksi hingga Rp60.000 per kilogram.

“Harga terpaut jauh dengan biaya produksi. Dari pupuk, tenaga, petani di-kurs-kan harga tembakau jauh,” kata dia.

Menurut dia, harga tembakau murah selama 10 tahun terakhir antara Rp30.000 hingga Rp50.000 per kilogram. Padahal, tahun 2011 harga tembakau bagus antara Rp130.000-Rp140.000 per kilogram. Petani berharap, harga tembakau bisa lebih bagus lagi, sehingga petani juga mendapatkan keuntungan.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya