Jateng
Kamis, 6 April 2023 - 01:00 WIB

Menengok Gedung Birao di Tegal yang Mirip Lawang Sewu

Dela Annisa  /  Imam Yuda Saputra  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Gedung Birao di Tegal. (http://kebudayaan.kemdikbud.go.id/bpcbjateng/gedung-birao-tegal-si-kembar-lawang-sewu)

Solopos.com, TEGAL — Di Kota Tegal, Jawa Tengah (Jateng), rupanya ada sebuah gedung bersejarah yang bentuk bangunannya mirip dengan Gedung Lawang Sewu di Kota Semarang. Gedung yang terletak di Panggung, Tegal Timur, Kota Tegal, itu bernama Gedung Birao.

Gedung Birao merupakan bangunan bersejarah empat lantai dengan luas mencapai 7.106 meter persegi. Bangunan ini memiliki panjang 120 meter, lebar 42 meter, dan tinggi sekitar 36 meter.

Advertisement

Menurut beberapa sumber, keberadaan Gedung Birao merupakan bukti saksi sejarah perkeretaapian di tanah Jawa. Pada awalnya, gedung itu dibangun oleh seorang arsitek Belanda bernama Henri Maclaine Pont pada tahun 1910. Gaya arsitekstur bangunan ini sangat kental dengan arsitektur khas Belanda. Meskipun demikian, Maclaine Pont mahir menggunakan sumber daya alam setempat dan mempekerjakan pekerja lokal dengan harapan dapat melatih mereka untuk meningkatkan keterampilan. Selain itu, pembangunan Gedung Birao juga memperhatikan letak sekitar alun-alun, masjid, dan tempat tinggal Gubernur pada saat itu.

Dilansir dari kebudayaan.kemdikbud.go.id, Pada masa pemerintahan Hindia Belanda, Kota Tegal menjadi daerah yang cukup strategis yang ada di pesisir utara Jawa sekitar abad ke-18 hingga ke-20. Keadaan ini juga terbantu dengan adanya rel kereta api yang melewati kawasan Tegal. Jalur kereta api ini juga menghubungkan kota-kota di pesisir utara Jawa. Nampaknya hal ini dapat dibuktikan dengan adanya bekas kantor Semarang-Cheribon Stoomtram Matschappij (SCS) cabang Nederlandsch-Indische Spoorweg Maatschappij (NIS), yaitu Gedung Birao.

Persamaan

Dahulu, kantor perusahaan ini digunakan sebagai tempat administratif perusahaan kereta api sehubungan dengan pembangunan jalur kereta api Cirebon-Semarang. Arsitek sengaja membuat bentuk Gedung Birao mirip dengan kantor pusat NIS di Semarang, yaitu Lawang Sewu. Persamaan ini mungkin dimaksudkan untuk memberikan kesan kesamaan dan konsistensi keseragaman antara kantor NIS di berbagai kota. Kesamaan ini ditegaskan oleh arsitek pada pelengkung-pelengkung, gang di sekeliling kantor dan tangga utama, serta kesamaan pada bangunan yang dibangun tinggi agar memiliki kesan megah.

Advertisement

Pada masa pendudukan Jepang dari tahun 1942 hingga 1945, bangunan ini menjadi markas tentara Jepang. Saat masa revolusi kemerdekaan, gedung ini digunakan pemuda yang tergabung Angkatan Muda Kereta Api (AMKA) sebagai simbol perlawanan terhadap pendudukan Jepang.

Pasca-Proklamasi Kemerdekaan Indonesia, tepatnya pada tanggal 10 September 1945, gedung tersebut menjadi saksi pergerakan rakyat Tegal dalam perang melawan penjajah. Di sana mereka juga mengibarkan bendera merah putih yang saat itu dilarang.

Beberapa puluh tahun berlalu, Gedung Birao disewakan kepada Yayasan Pancasakti Tegal dan digunakan sebagai kampus 2 Universitas Pancasakti Tegal. Setelah masa sewanya habis, Gedung Birao dibiarkan begitu saja, hingga akhirnya kini didaftarkan menjadi cagar budaya.

Advertisement

Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif